Think before you speak. Read before you think

Breaking News

Harmoni Dulu Kawasan Transit Jenazah

BUKU SCOTT MERRILLEES, BATAVIA IN NINETEENTH CENTURY PHOTOGRAPHS, 2000
Pemandangan di sekitar Harmoni pada akhir abad ke-19. Gedung paling kiri dalam gambar adalah Toko Eigen Hulp, toserba pertama di Batavia, yang berdiri di pangkal Jalan Molenvliet West (Jalan Gajah Mada), lokasi berdirinya Hotel Des Indes di kemudian hari, yang lalu dibongkar pada 1980-an dan diganti oleh pusat perdagangan Duta Merlin hingga sekarang.

Siapa sangka, kawasan Harmoni Jakarta yang saat ini menjadi salah satu shelter transit bus Transjakarta dulunya merupakan tempat transit jenazah orang-orang Belanda yang hendak dimakamkan di Jakarta.

Begitulah yang diceritakan seorang pemandu acara jelajah kota toea dalam pemutaran film kota toea yang menggambarkan Jakarta pada 1910-1915, di museum Bank Mandiri Jakarta, Minggu (5/3/2010). "Harmoni dulu juga tempat transit mayat yang nantinya dimakamin di taman Prasasti atau di Pulau On Rust," ujarnya.

Selain kawasan Harmoni, film Jakarta tempo dulu yang diputar di acara tersebut memperlihatkan kawasan pecinan Glodok, perumahan elit Belanda, Kondangdia, kawasan Beos, dan Sunda Kelapa. Dengan gambar hitam putih, film tersebut memperlihatkan bahwa warga Jakarta tempo dulu menggunakan trem sebagai alat transportasi massal. Trem seperti kereta yang bergerak dalam lintasan rel di jalan-jalan. "Kalau sekarang di bawah jalur busway itu digali, masih ada rel nya trem," kata si pemandu kemudian.

Selain trem, warga Jakarta tempo dulu menggunakan sepeda dan delman untuk menempuh perjalanan. Jarang sekali yang menggunakan kendaraan pribadi, lanjut si pemandu.

Selain menggambarkan kondisi jalan di beberapa kawasan, film pendek Jakarta tempo dulu juga menunjukkan aktivitas-aktivitas prajurit Belanda kala itu seperti berparade di Lapangan Banteng. "Parade di lapangan Banteng untuk menunjukkan kekuatan Belanda pada Jepang," imbuh si pemandu.

Banyak hal yang membuat penonton film terkejut ketika melihat kawasan Jakarta tempo dulu dan budaya orang Belanda yang agak janggal jika dibandingkan dengan saat ini seperti budaya makan dengan dilayani 40 orang pelayan. Sebagian film budaya tersebut dipertontonkan bagi 200 orang peserta jelajah kota tua hari ini.

Tidak ada komentar