Think before you speak. Read before you think

Breaking News

2 abad Tiong Hoa di Sintang. LOTHAY- KAPITAN ( KAPITAN DER CHINEEZEN )

 
Oleh: GUSTI SUMARMAN, SH.

Cina perantauan juga mencakup orang - orang Cina yang ada Di Bumi Nusantara, yang hingga kini penyebarannya masih berlanjud sampai kearah selatan sekitar laut cina selatan. Bagi orang Cina perpindahan penduduk ini merupakan tradisi dan selalu mempunyai ciri: orang cina yang melakukan migrasi masih tetap mempertahankan Diri sebagai Orang Cina. Dan pada umumnya sebagin besar Orang Cina tidak beranjak meninggalkan peradaban Cina. Inilah ciri yang mempererat persaudaraan Orang Cina. Ciri ini tidak akan berubah kepada pengalaman yang dimiliki dan masih mengangab kepercayaan tradisional dan nilai yang menyatukan mereka masih penting dan berlaku.

Pengaruh terbesar yang telah membentuk pola pikir Orang Cina perantauan, mereka tinggal Di lingkungan sosial berusaha mempertahankan Diri dengan kekuatan yang dimilikinya sendiri yang akibatnya menimbulkan rasa persaudaraan yang kuat sesama Cina perantauan sehingga cenderung mengindentikan diri dengan Cina dan menghasilkan Identitas Budaya Cina.

“NANYANG HUA CH’IAO” merupakan suatu nama yang diberikan kepada orang yang meningalkan Cina Keluar Negeri. Yang mana pengertian dari kata “ HUA” menunjukan Cina, dan pengertian dari kata “ CH’IAO” menunjukan pengunjung sementara.

Fakta yang menunjukan bahwa banyak Orang Cina Perantauan yang menetap berabad-abad namun masih berkeinginan kembali kekampung halaman Di Cina. Pengerian nama lainya adalah “ NANYANG” yang berarti laut selatan atau laut Cina selatan. Nama ini di ambil dalam bahasa Cina yang menunjukan sebelah selatan. Sehingga dalam pengertian ini adalah “Orang Kami tidak menetap, hanya pergi sementara dan akan kembali”.

Dalam hal ini banyak Orang Cina perantauan masih merasa terikat dengan Cina meskipun telah berabad- abad keluarganya menetap Di berbagai Negara, dan perpindahan pengunjung Nanyang Ke Cina sangat banyak meski banyak membuang waktu, tenaga, biaya dan tidak simpati pada penguasa. Yangmana di tahun- tahun terakhir saja Cina melarang kemauan Cina Perantauan.

Dalam pandangan awam, Cina perantauan seolah-olah di anggab mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan setempat Di seluruh wilayah Indonesia. Dan ini sangat perlu kita telaah sesuai fakta bahwa pembauran Orang Cina dengan masyarakat setempat mempunyai berbagai bentuk dan juga mempunyai penetrasi yang berbeda di setiap Negara.

Dalam pengertian luas berlaku bagi Orang Cina yang menikah dengan Etnis lain, dalam suksesi. Sepanjang Ayahnya Cina anak-anaknya masih Cina. Namun jika Ayahnya bukan Cina, maka kondisinya tidaklah demikian.

Masa pemerintahan Raja ADE MUHD. NOEH yang bergelar Pangeran Ratu Ahmad Qamaruddin bertugas pada tahun 1796 M S/D 1822 M (Raja Sintang Ke: 22), datanglah Orang-orang Cina Perantauan dalam kapasitas sebagai perdagang dan beberapa di antaranya hidup menetap tinggal serta menurunkan Juriat keturunanya hingga sekarang di Sintang..

Pada masa Pemerintahan Raja ADE MUHD. YASIN yang bergelar Pangeran Ratu Adipati Muhd. Djamaloedin yang berkuasa pada tahun 1822 M S/D 1855 M (Raja Sintang Ke: 23). Pada masa ini terjadi hubungan kekerabatan pertalian keluarga antara lingkungan Istana dengan Orang Tiong Hoa . Salah satu diantaranya adalah Menteri Besar Kerajaan Sintang yang bernama “ ABANG MUHD. ARIF, yang bergelar PANGERAN MUDA PERKASA ALAMSYAH Bin Ade Muhd. Hasan (Pangeran Kuning Surya Pati) menjalin hubungan kekeluargaan dalam ikatan perkawinan dengan salah satu Putri dari Kwee Ma Sen yang bernama: “KWE THAY NGI Alias Nyai Kap Thay Alias Mas Uray Alias Siyah”. Dari perkawinan tersebut di karuniai 3 (Tiga) Orang Putra, yang ketiga orang putranya menjadi orang penting (pembesar) di Kerajaan Sintang, yaitu:
1.UTI AMAN, yang bergelar: Raden Pahlawan tua.
2.UTI AYUB, yang bergelar : Raden Pahlawan.
3.UTI AGOM, yan bergelar : Raden Pahlawan Muda.

KWEE MA SEN yang berasal dari Cina dalam kapasitasnya sebagai perkerja pedagang dari Pontianak menuju Sintang bersama istrinya TAN PHENG BIAN yang berasal dari Pontianak menetap dan berdiam Di Daerah Sungai Durian Sintang.
Keluarga Kwee Ma Sen ini di karuniai 12 (dua belas) Orang Putra-putri diantaranya 5 (lima) Orang Putra dan 7 (tujuh) Orang Putri:
1.KWE JIU THAT (kembali Ke Negeri Tiongkok/ Cina),
2.KWE JIU JIN (menetap Di Sintang),
3.KWE JIU PIN (Kembali Ke Negeri Tiongkok/ Cina),
4.KWE JIU HOI (Menetap Di Sintang),
5.KWE HOK KHENG (merantau Ke Malaysia),
6.KWE THAY KIUN (menetap Di Sintang),
7.KWE THAY NGI Alias MAS URAY Alia Nyai Kap Thay Alias Siyah (Istri dari Abang Muhammad Arif- Pangeran Muda Perkasa Alamsyah menetap Di Sintang),
8.Dan …………dst masih terdapat 5 (lima) orang sauadara perempuan yang belum kita temui nama-namanya hingga terbitnya tulisan ini yang di perkirakan tinggal dan menetap menurunkan Juriat keturunannya Di Pontianak.

Pada tanggal 4 Februari 1862 M dengan Akte Van Aan Stelling KWEE MA SEN di angkat menjadi LOTHAY ( Lothay adalah kepala urusan untuk orang-orang Cina- Tiong Hua yang status kedudukannya setingkat dengan kecamatan) di Sintang.
Dan pada tangal 9 Desember 1876 M berdasarkan surat dari S.P. Tuan Resident Pontianak selanjutnya di angkat menjadi KAPITAN DER CHINEEZEN ( Kapitan adalah Kepala Urusan Cina – Tiong Hua yang berada setingkat dengan Kabupaten) untuk mengatur maupun mengurus urusan Orang-orang Cina- Tiong Hua yang ber ada di seluruh wilayah daerah Sintang.

Dalam masa tugasnya selama 28 tahun, Kwee Ma Sen sudah banyak memberi warna dan mengangkat tradisi adat istiadat Budaya Cina yang menjadi aset dan menambah Khasanah kekayaan Seni Budaya Di Sintang. Juga sebagai peletak pertama pondasi sejarah bagi Orang Golongan Tiong Hua (Cina perantauan) yang mengangkat seni budaya dan tradisi adat Orang Golongan Tiong Hua Di Sintang.

Beberapa pesta keramaian yang pernah di lakukan pada masanya, yaitu: Pesta dapat pangkat, pesta dapat Bintang Penghargaan, pesta perkawinan anak-anaknya dan pesta hari tahun (sejit) dengan mengundang para pemain Wayang Cina dari Pontianak untuk dimainkan dan di tonton untuk hiburan rakyat di Sintang, yang juga di hadiri oleh orang-orang kaum bangsawan dari lingkungan Istana Kerajaan Sintang.

Pada tangal 20 Februari 1896 M Kapitan Kwee Ma Sen dalam usia 77 (tujuh puluh tujuh ) tahun tutup usia / wafat dan dimakamkan dengan tradisi adat- istiadat Tiong Hua / Cina di Sungai Durian Sintang.

Dalam masa tugasnya selama 28 tahun Kwee Ma Sen sudah banyak memberi corak dan tradisi adat istiadad budaya maupun mengangkat jati diri dari orang- orang Cina- Tiong Hua di Sintang

Pada tahun 1890 M, KWE JIU JIN anak dari Kapitan Kwee Ma Sen menggantikan posisi kedudukan Ayahnya untuk mengatur urusan Orang -orang Golongan Tiong Hua dengan Surat S.P. Tuan Resident Di Pontianak tertanggal 18 Maret 1890 M , Nomor: 1535. Di angkat menjadi LOTHAY selama 3 (tiga) tahun. Kemudian pada tanggal 13 Juli 1893 M, Nomor: 3137, Lothay KWEE JIU JIN di angkat menjadi KAPITAN DER CHINEEZEN dengan mendapat gaji tiap bulan sebesar 60 Gulden.

Dalam masa tugas selama 11 tahun mengurus urusan orang Cina- Tiong Hua di Sintang dengan usia yang masih muda, pada tanggal 30 Juni 1901 Kapitan Kwee Jiu Jin tutup usia wafat pada usaia 44 tahun. Kemudian dimakamkan dengan tradisi adat istiadat Tiong Hua di Sei. Durian Sintang.

 Kwe Jiu Jin 
(Kapitan Der Chineezen Sintang, Ke: II)

Sebagai pengganti mengurus urusan orang-orang Cina- Tiong Hua di Sintang di angkatlah saudara kandungnya yang bernama KWE JIU HAI Alias KOK JIU HOI ( Alias KWEE AHAY) dengan Surat S.P. Tuan Resident Pontianak tertanggal 5 Agustus 1901 menjadi KAPITAN DER CHINEEZEN di Sintang untuk mengatur urusan Orang-orang Tiong Hoa yang ada di Sintang.


Kwe Jiu Hai  Als. Kok Jiu hoi Als. Kwee Ahay.
(Kapitan Der Chineezen Sintang, Ke: III)
Dalam Masa yang cukup lama 35 (tiga puluh lima) tahun Kapitan Kwee Jiu Hoi dukungannya dalam membantu pemerintahan kerajaan Sintang mengatur urusan Orang-orang Golongan Cina- Tiong Hoa, terutama pada masa Kekuasaan Wakil Penembahan ADE MUHD. DJOEN yang berkuasa pada tahun 1913 M  S/D 1934 M.

Pada tahun 1917 Masehi Wakil Penembahan Ade Muhd. Djoen membuat suatu gagasan untuk mendirikan 2 (dua) buah Rumah Sekolah  yaitu: Holland Inlandse School ( H.I.S ) dan sekolah rakyat 5 (lima) tahun untuk memberi pendidikan anak-anak Negeri Sintang sehingga pengertahuannya sejajar dengan daerah lain.
Selain itu Wakil Penembahan Ade Muhd. Djoen membuat gagasan mendirikan sebuah “Rumah Sakit Landschap” untuk memelihara dan membina kesehatan rakyat Negeri Sintang.

Rumah Sakit Landschap Terapung Di Sungai Kapuas Sintang tahun 1920 Masehi.
Koleksi KIT Tropenmusium 0001 2787.
Keterangan: Posisi letak “Rumah Sakit Landschap” terapung di sungai Kapuas adalah di tepi pantai Sungai Kapuas di depan rumah Panembahan Ade Muhammad Djoen Ibnu Pangeran Temenggung Setia Agama.
(Jalan Dara Juanti Sintang, sekarang). 


R.S.U.D. ADE MOHD. DJOEN (sudah di renovasi)
Lokasi: Di Jalan Pattimura, Kelurahan Tanjung Puri Sintang
Potret di abadikan untuk dokumentasi sejarah di Sintang pada hari Jumat, 17 September 2010, jam: 14.11 wib. Oleh Gusti Sumarman, SH.
Wakil Penembahan ADE MUHD. DJOEN sebagai Seorang Pejabat Raja yang banyak  mencurahkan perhatian terhadap kehidupan rakyat Sintang membuat membuat Surat Permohonan kepada Gubernemen Di Jakarta.
Surat Permohonan tersebut di tandatangani oleh Wakil Penembahan Ade Muhd. Djoen sendiri dan ikut serta juga 4 (empat) orang Pejabat Kerajaan Sintang, yaitu:
1.dr. M. HAMZAH (Dokter Landschap Sintang),
2.ADE MUHD. ARIF (Kepala Distrik Sintang,),
3.H.ABANG MUHD. ALI (Pangeran Laksemana Ikrama Yuda),
4.KAPITAN KWE JIU HAI Alias KOK JIU HOI pangilan akrabnya sehari-hari dengan nama KWEE AHAY (Kepala Urusan    Orang Golongan Tiong Hoa Di Sintang) turut berperan- andil menandatangani surat permohonan tersebut.

Kapitan Kwee Jiu Hai Alias Kok Jiu Hoi ( Kwee Ahay, panggailan akrab) sebagai kapitan yang Ke: III (tiga) atau yang terakhir wafat pada tahun 1937 M dalam usia 70 (tujuh puluh) tahun dan dimakamkan secara tradisi adat istiadat Tiong Hoa Di Sungai Durian Sintang.

Lokasi Makam Kwe Jiu Hai  Als. Kok Jiu hoi Als. Kwee Ahay.
Lokasi: Di Jalan Kapitan, di belakang Pasar Cina, Sei. Durian Sintang.
(Ket: Makam Kwe Jiu Hai di renovasi pada masa Drs. MILTON CROSBY, M.Si.  bupati Sintang, Priode: 2005 M  – 2010 M) Potret di abadikan untuk dokumentasi sejarah di Sintang pada hari Kamis, 16 September 2010, jam: 16.40 wib. Oleh Gusti Sumarman, SH.
Kapitan Kwee Jiu Hai Alias Kok Jiu Hoi ( Kwee Ahay, panggailan akrab) meninggal, di angkatlah anaknya tertua yang bernama KWE ENG SIANG (lahir pada tahun 1901) sebagai Lotay dengan di Bantu oleh seorang yang bernama GUSTI ISMAIL IBNU ADE ABDUL MURAT  IBNU HAJI ABANG MUHAMMAD ALI PANGERAN LAKSEMANA IKRAMA YUDA sebagai juru tulis Lotay.
Ketika masuknya penjajahan jepang menjajah Indonesia, Kwe Eng Siang dalam usia yang sangat muda (42 tahun) di tangkap oleh pemerintahan penjajahan Jepang yang ada di Sintang. Kemudian bersama pembesar kaum bangsawan Sintang dan orang- orang  penting di Sintang oleh pemerintahan Jepang pada tahun 1944 Masehi di bunuh dengan sadis / kejam di Mandor, Kalimantan Barat.

Setelah Kwe Eng Siang meninggal pada tahun 1944 Masehi, pengantinya ialah KWE ENG SUI di angkat sebagai Lotay dengan di Bantu jurutulis yang bernama GUSTI YUNUS Als. GUSTI SENTUT  IBNU  ADE OEMAR IBNU PANGERAN TEMENGGUNG SETIA AGAMA untuk mengurus urusan orang- orang Cina- Tong Hua di Sintang sampai dengan waktu ketika belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Yang kemudian Jabatan Lotay dan Kapitan di Hapuskan.
Lotay KWE ENG SUI.
Keterangan: Lothay Kwe Eng Sui dimakamkan di sebelah makam ayahnya Kapitan Kwe Jiu Hai  Als. Kok Jiu hoi Als. Kwee Ahay.
Dengan di akui kedaulatan Republik Indonesia oleh Pemerintahan Belanda, maka kekuasaan pemerintahan Belanda AFDELING di Sintang diganti dengan KABUPATEN Sintang, ONDERAFDELING diganti dengan WEDANA, DISTRIC diganti dengan CAMAT. Kemudian Jabatan RESIDEN diganti dengan BUPATI, dan jabatan DISTRIK diganti dengan CAMAT.

Setelah tidak menjadi Lothay, Kwe Eng Sui tetap masih berkiprah dalam urusan orang- orang Cina Tiong Hua di sintang. pada masanya berdirilah sebuah Yayasan Indonesia Djaya yang bergerak didalam dunia pendidikan. Kwe Eng Sui adalah sekretaris dari yayasan terebut.

Yayasan Indonesia Djaya mendirikan sebuah Sekolah Dasar Mandarin yang bernama: CUNG HUN SIAU HOK yang pertama berdiri di daerah Masuka di samping Kelenteng Kwan Ti yang di ketuai oleh 7 (tujuh) orang, salah satu diantaranya beranama Kim On.

Kemudian pada tahun 1954 M baru memulai mendirikan sebuah bangunan sekolah dengan menggunakan iuran- iuran sumbangan dari warga masyarakat. Bangunan tersebut pada tahun 1955 M barulah selesai di bangun yang kemudian  anak- anak didik sekolah Dasar Mandarin  (Cung Hun Siau Hok) yang belajar di samping bangunan kelenteng Kwan Ti di pindahkan kebangunan yang baru ( Gedung Sekolah SD nomor: 9 Negeri Sintang, sekarang).
Gedung Sekolah Dasar Mandari “Cung Hun Siau Hok”
(Gedung Sekolah SD nomor: 9 Negeri Sintang, sekarang)
Lokasi: Jalan Aji Melayu Sintang
Potret di abadikan untuk dokumentasi sejarah di Sintang pada hari Rabu,
29 September 2010, jam: 11.34 wib. Oleh Gusti Sumarman, SH.
 Pada tahun 1956 Masehi dari Gedung Sekolah “Cung Hun Siau Kok” ini  keluarlah / tamat alumni Cung Hun Siau Kok yang pertama.
Potret: Alumni  Sekolah Dasar Mandarin CUNG HUN SIAU KOK
tahun 1956
Dalam kurun waktu 5 (lima) orang Lotay dan atau Kapitan Der Chineezen Di Sintang dapat kita lihat peninggalan di jamannya yang masih di pelihara dan dirawat oleh generasi - generasi keturunannya. Beberapa di antaranya yaitu: “ KELENTENG FUK TET ” yang sekarang ini sudah berganti nama atas dasar kompromi mufakat keluarga besar Orang-orang Tiong Hoa Di Sintang menjadi “ KELENTENG HATI MULIA” dengan pendekatan artinya adalah rezeki/ berkah.
Dan juga terdapat Kelenteng peningalan dari leluhur Orang Tiong Hoa Yaitu: “ KELENTENG  KWAN  TI “ dengan pendekatan artinya adalah yang menjaga keselamatan Sungai dan Daerah sekitarnya. Dengan Patung Budha Kwan Kun.

KELENTENG FUK TET(Kelenteng Hati Mulia)
Lokasi:. Jalan Majapahit, Sei. Durian sintang.

KELENTENG KWAN TI
Lokasi:  Di Jalan Masuka Laut, Kelurahan Kapuas Kanan Hilir Sintang.
Potret: KELENTENG SAM BU CIENG KUN
Lokasi: Di Jalan Brigjen Katamso, Gang Kelenteng, lingkungan Pasar Cina, Sungai Durian Sintang.
Jalan Brig. Jen. Katamso, Sei. Durian Sintang
Potret: KELENTENG DESA TANJUNG RIA KECAMATAN NANGA SEPAUK
Lokasi: Di Desa Tanjung Ria, Kecamatan Nanga Sepauk Kab. Sintang.
Kelima Kelenteng peninggalan Leluhur tersebut diatas usianya sudah cukup tua menjadi pusat tempat peribadahan sempayang orang-orang golongan Tiong Hoa. Dan juga dapat kita jadikan situs peningalan tradisi budaya serta menjadi bukti  peninggalan sejarah peradaban orang-orang golongan Tiong Hoa dari masa yang lampau yang usianya di perkirakan sekitar 200 (dua ratus) tahun lamanya. Namun sudah di renovasi berulang-ulang kali karena termakan oleh usia.
Selain itu terdapat juga bangunan tua (Rumah Tinggal Kapitan Kwee Jiu Hai) yang menjadi salah satu dari beberapa  peninggalan dari KAPITAN KWE JIU HAI yang masih asli di pelihara dan dirawat dengan baik oleh Para Ahli Warisnya, yang masih dapat kita lihat keaslian bentuknya.
Rumah tinggal Kapitan Kwe Jiu HaiLokasi: Di Jalan Brig.Jen. Katamso, Sei. Durian Sintang.
(Keterangan: Potret Rumah Kapitan di Abadikan oleh Gusti Sumarman, SH. Pada tanggal, 04 Maret 2010  Jam 09.30 Wib setelah satu hari terjadinya kebakaran tanggal, 03 Maret 2010 yang menghanguskan Rumah yang menjadi asset Peningalan sejarah Sintang dari Kapitan Kwe Jiu Hoi ).

Dari perjalan sejarah tradisi dan adat budaya Golongan Tiong Hoa / Orang Cina Perantauan Di Sintang bahwa keluarga Orang Tiong Hoa sudah berabat-abat lamanya mendiami dan bertempat tinggal Di Sintang, yang di perkirakan sudah mencapai kurang lebih kira-kira 200 (dua ratus) tahun lamanya.

Semoga uraian sejarah peradaban tradisi budaya dan kiprah/ andil para pendahulu leluhur orang Cina- Tiong Hoa Di Sintang dengan perjalanan waktu dari masa lalu, sekarang maupun masa mendatang dapat menjadi Inspirasi dan Sepirit/ semangat maupaun jati diri bagi golongan Tiong Hoa generasi muda di masa yang akan datang dan juga menambah Aset Khasanah kekayaan Budaya Di Sintang. (*)

Museum Kapuas Raya Sintang
(Memamerkan Pameran Lintas Etnis Budaya Dan Sejarah Sintang Tempo Dulu)
=============================================================
Terima kasih kepada:
Bapak Drs. Milton Crosby, M.Si (Bupati Sintang Priode: 2010 – 2015) yang sangat memperhatikan, memberi dukungan dan peduli tentang sejarah daerah Sintang
GUSTI SUMARMAN, SH.
(KERABAT MUDA KESULTANAN SINTANG)

Penulis adalah pemerhati sejarah daerah Sintang.
Alamat: Jl. Mungguk Serantung No: 48,
Kelurahan Kapauas Kanan Hulu (Sei. Durian ) Sintang
Kal-Bar.














Sumber: kalimantan-news.com

3 komentar

Lele berkumis mengatakan...

Sebagai keturunannya..saya bangga sekali.

Unknown mengatakan...

Menarik sekali tulisannya, Pak Gusti Sumarman. Saya merasa penasaran ketika berkunjung ke Sintang beberapa hari lalu dengan situs Makam Kapitan tersebut. Akhirnya saya mendapatkan penjelasan. Mudah-mudahan jika ada kesempatan saya berkunjung ke Sintang ingin berdiskusi dengan Bapak. Terima kasih banyak.

Anonim mengatakan...

Saya keturanan dari kapitan ke-2 Kwee Jui Jin