Think before you speak. Read before you think

Breaking News

Marunda oh Marunda 2

Rumah Si Pitung
Sekilas tentang Kampung Marunda:
“Wajah Kampung Si Pitung yang Kini Memprihatinkan”


Kampung Marunda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Di kampung ini pulalah pahlawan asli Betawi si Pitung dilahirkan. Rumahnya dan Mesjid Marunda yang kini dijadikan cagar budaya masih terjaga dan menjadi kebanggaan masyarakat kampung Marunda. Tapi kini keberadaannya semakin terancam seperti halnya sejumlah nelayan yang masih tinggal dan bertahan di sana. Reklamasi atas salah satu wilayah pesisir itu semakin menggila dan tidak mempedulikan lagi rasa kemanusiaan, peduli lingkungan, dan tata ruang yang ekologis.

Dalam banyak cerita para orang tua kampung tersebut digambarkan bahwa dulu “wajah kampung” mereka begitu indah. Ribuan pohon mangrove terbentang di sana. Mereka juga mudah sekali mencari ikan dan hidup tenang. Ketika mereka lapar dan sedang tidak melaut, mereka hanya cukup ke pinggir pantai mencari udang lantar kemudian dibakar dengan ranting pohon bakau yang sudah mengering.

Kini, sama sekali berbeda. Kawasan itu banyak bangunan beton yang sebelum pembangunannya harus membunuh ribuan hutan bakau yang ada. Sejumlah masyarakat nelayan yang hidup nyaman dan tenang terus mengalami penggusuran dan tersingkir dan hidup dalam kemiskinan yang panjang.

Area itu kini terus dikembangkan untuk kepentingan bisnis dan dampaknya untuk beberapa area setelah dikuasai pengembang adalah dilarangnya setiap orang dalam mengakses keberadaan pantai.

Gambaran nelangsa yang terjadi di Marunda adalah gambaran lengkap tentang wajah pesisir Jakarta selama ini. Karena itu Walhi, menggelar acara Shoot To Save Costal Area, yang digelar pada Sabtu, 16 Februari 2008, di Desa Marundapulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Berbagai acara digelar untuk mendengungkan dan mengkampanyekan tentang kekritisan pesisir Jakarta. Kompetisi fotografi yang akan menyuarakan wajah pesisir yang diikuti 70 fotografer dan juga lomba lukis anak-anak yang diikuti ratusan anak-anak nelayan yang tinggal di sana.
Saat ini pesisir pantai Jakarta sepanjang 32 km telah dikavling-kavling oleh sedikitnya 10 pengusaha. Mereka yakni PT Kapuk Naga Indah menguasai lahan seluas 674 hektar, PT Taman Harapan Indah dengan Pantai Mutiaranya menguasai 100 hektare, Bangun Bakti Esa Mulia menguasai lahan seluas 88 hektare, PT Muara Wisesa Samudra dengan Pantai Hijaunya dan PT Pembangunan Jaya Ancol. BPL Pluit menguasai lahan 290 hektare, PT Jaladri Kartika Ekapasi 200 hektare, PT Manggala KridaYudha 375 hektare, dan PT Dwi Marunda Makmur yang saat ini masih melakukan studi kelayakan tentang pengelolaan 220 hektare serta Berikat Nusantara menguasai 189 hektare.

Dampak Reklamasi
Mungkin kita masih ingat juga bagaimana sisi Jakarta di belahan utara, terkena banjir rob pada awal November 2007 lalu. Sedikitnya 8000 keluarga harus mengungsi karena rumahnya tergenang banjir rob- limpahan air laut- lebih dari 1 meter. Selain lokasi Muara Baru dan Kamal Muara, kawasan nelayan lain juga kebanjiran. Namun bila kawasan lain langsung surut nampaknya tidak untuk kawasan Muara Baru. Sampai sekarang kondisi Muara Baru masih memprihatinkan. Upaya mitigasi bencana belum dilakukan oleh Pemerintah secara signifikan. Dampak proyek reklamasi sendiri selain telah mengakibatkan banjir di kawasan pesisir dan yang paling terasa adalah kawasan sepanjang jalan TOL sedyatmoko akibat proyek PIK (Pantai Indah Kapuk), Pantai Hijau Marina dan reklamasi lahan basah di hutan mangrove kamal muara sehingga air sebesar 6 juta m3 tidak tertampung lagi. Proyek reklamasi juga telah membuat hutan mangrove kini hanya tinggal kurang dari 150 hektar. Alih fungsi lahan basah dan hutan mangrove mempercepat intrusi air laut ke daratan.

Tapi itulah yang terjadi kawasan pesisir utara Jakarta kita. Krisis ekologis pantai utara ini memang disebabkan adanya proyek reklamasi pantai utara, konversi hutan bakau, dan pencemaran di teluk Jakarta dan sampah yang menumpuk di Teluk Jakarta. Mari kita ikut bersuara mengkampanyekan peduli terhadap wilayah pesisir Jakarta kita.


Sumber: walhi.or.id

Tidak ada komentar