Pelabuhan Sunda Kelapa


Tapi sayangnya ketika sekolah dulu saya tidak pernah diajak oleh guru untuk mengunjungi tempat bersejarah bagi perkembangan kota Jakarta. Sebenarnya banyak yang bisa dijadikan tujuan seperti, Museum Sejarah Jakarta, Cagar Budaya Betawi di Condet, Setu Babakan, Museum Taman Prasasti, Luar Batang, Masjid Bandengan, Jembatan Intan dan lain-lain.
Saya justru diajak ke Lubang Buaya yang sekarang justru terbukti lebih banyak isapan jempol dibanding fakta sejarahnya.

Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah situs sejarah yang paling berharga bagi kota Jakarta. Sebagai salah satu tempat berkembangnya kota Jakarta hingga menjadi kota metropolitan seperti sekarang ini.
Pelabuhan ini telah berkembang sejak abad ke 5 di masa kerajaan Tarumanegara dengan nama Sundapura. Namun berkembang lebih pesat saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda di abad 12. Sejak saat itu pelabuhan ini banyak sekali disinggahi kapal-kapal dari seluruh dunia dan menjadi pusat perdagangan antara pedagang pribumi dengan pedagang dari Cina dan Timur tengah.
Kemashyuran pelabuhan ini kemudian mengundang minat para kolonialis barat untuk menguasainya. Dimulai dengan masuknya pengaruh Portugis dan kemudian disusul oleh Belanda dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Sayangnya sebagai warisan sejarah, Pelabuhan ini tidak mendapat mendapat perhatian yang cukup dari kita semua, pemerintah dan masyarakat Jakarta. Nyaris tidak ada sisa peninggalan yang dapat mengingatkan betapa pentingnya peranan pelabuhan ini di jaman dahulu. Saat ini yang tersisa hanyalah aktifitas bongkar muat barang dan pemandangan muara sungai yang banyak dipenuhi sampah.
Padahal setiap wisatawan asing, apalagi yang berasal dari Belanda, tentu akan sangat tertarik untuk melihat pelabuhan yang sudah terkenal sejak jaman dahulu kala ini. Namun apa yang mereka saksikan sangatlah menyedihkan.
Saya sempat berbincang dengan beberapa turis bule yang sedang berada di sana kemarin. Mereka sangat heran karena pelabuhan yang pernah memiliki peranan sangat besar dalam sejarah kini tidak lagi meninggalkan sisa-sisa kebesarannya. Menu utama yang mereka saksikan di sini adalah sampah.
Beruntung masih bisa disaksikan beberapa kapal layar motor yang sedikit mengobati kekecewaan mereka. Walaupun mereka tidak berhasil menemukan kapal layar seperti yang pernah mereka lihat di foto atau lukisan jaman dulu.
Saya pikir pemerintah harus dapat memberikan perhatian yang lebih serius untuk menjaga salah satu warisan sejarah yang amat berharga ini. Mungkin tidak akan ada Daerah Khusus Ibukota Jakarta jika dulu tidak ada pelabuhan Sunda Kelapa. Namun yang terdengar justru rencana reklamasi di kawasan pelabuhan ini. Bisa jadi Jakarta akan semakin kehilangan akar sejarahnya.


Mungkin sudah saatnya kita kembali menengok sejarah kita. Melihat lagi asal-usul kita. Demi anak dan cucu kita kelak.
Tidak ada komentar
Posting Komentar