Think before you speak. Read before you think

Breaking News

Analisa Marx atas Produksi Kapitalis - Gérard Duménil dan Duncan Foley


Ebook gratis
Analisa Marx atas Produksi Kapitalis
Gérard Duménil dan Duncan Foley

BUKU kecil ini berisikan rangkuman sekaligus interpretasi atas teori Marx tentang cara produksi kapitalis, seperti yang dipaparkannya dalam tiga jilid Capital. Buku ini mulai dari menempatkan cara produksi kapitalis sebagai satu epos tertentu dalam sejarah manusia, kemudian masuk ke dalam definisi kapital sebagai nilai yang mengekspansi dirinya sendiri, baru membahas berbagai macam proses dan entitas yang terkait dengannya, seperti proses sirkulasi, komoditi, uang dan sebagainya. Buku kecil ini tentu bukan pengganti dari membaca langsung Capital, tapi ia bisa berfungsi sebagai pengantar untuk mendapatkan pemetaan awal mengenai gagasan-gagasan pokok dalam Capital. Harapannya, pemetaan awal ini akan mempermudah kita ketika kita menyelami sendiri teks tiga jilid Capital yang tebal dan padat.

Teori Marx tentang kapitalisme termasuk dalam kategori teori yang abstrak. Fokusnya bukanlah pada fenomena-fenomena empiris, melainkan, seperti yang dikatakan oleh Marx sendiri, pada ’hukum gerak ekonomi dari masyarakat modern.’1Hukum-hukum ini seringkali tidak kasat mata, bukan karena hal itu tidak nyata atau riil, tetapi karena hukum-hukum itu tidak selalu memanifestasikan dirinya dalam fenomena yang secara spontan bisa dicerap pancaindera. Hukum-hukum itu riil, ada di dunia nyata yang sama dengan kita, tetapi hukum-hukum itu pada umumnya hanya bisa diketahui oleh manusia melalui satu jenis aktivitas tertentu, seperti yang dilakukan oleh Marx, yaitu aktivitas ilmiah.

Adanya hukum-hukum yang keberadaannya terlepas dari fenomena empiris, meskipun bisa memanifestasikan dirinya pada fenomena itu, pernah dibuktikan oleh Roy Bhaskar, seorang filsuf realisme kritis. Pembuktiannya dilakukan juga untuk melancarkan kritik terhadap konsep hukum kausalitas Humean, yang menyamakan sebab-akibat dengan keberurutan dua peristiwa atau lebih yang terjadi secara berulang-ulang (constant conjunction of events). Jadi, kalau dalam setiap kesempatan, terjadinya A selalu diikuti oleh B, maka bisa dikatakan bahwa A menyebabkan B. Konsep hukum kausalitas Humean menganggap hukum sebab-akibat sama dengan pola peristiwa-peristiwa di wilayah aktualitas dan bisa tampil dengan mudah dalam pengalaman manusia.

Bhaskar membantah konsep ini dengan menganalisa logika dari satu metode ilmiah yang sudah diakui secara umum, yaitu eksperimen. Dalam eksperimen, seorang pelaku eksperimen ’merekayasa’ terjadinya keberurutan peristiwa untuk mengidentifikasi hukum sebab-akibat yang terkait dengannya. Dengan demikian, si pelaku eksperimen bisa dianggap sebagai agen kausal atau penyebab dari keberurutan peristiwa dalam eksperimen. Namun, ia tidak bisa dianggap sebagai penyebab dari hukum sebab-akibat yang teridentifikasi melalui eksperimen. Pasalnya, kalau si pelaku eksperimen dianggap juga sebagai penyebab dari hukum sebab-akibat yang teridentifikasi dalam eksperimen, itu berarti hukum sebab-akibat tersebut tidak berlaku di luar kondisi eksperimen yang direkayasa oleh si pelaku eksperimen. Padahal tujuan eksperimen adalah mengidentifikasi suatu hukum sebab-akibat yang juga berlaku di luar kondisi eksperimen dalam situasi yang terbuka.



Tidak ada komentar