Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Pergerakan nasional Indonesia memunculkan organisasi pergerakan yang
berkemang dikalangan Hindia Belanda. Organisasi-organisasi tersebut memiliki
landasan dan sikap yang berbeda dalam mengambil peran di pergerakan nasional.
Secara umum organisasi-organisasi tersebut dapat dibabakan ke dalam beberapa
masa berdasarkan corak pergerakannya, sebagai berikut :
- Masa awal
pergerakan nasional (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo,
Sarekat Islam, dan Indische Partij.
- Masa
radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai
Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional
Indonesia (PNI).
- Masa
moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra,
Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan,
organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
Organisasi-oraganisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Pada awal abad ke-20 sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di
Pulau Jawa. Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing van
Inlandsche Aartsen) terdapat di Jakarta. Para tokoh mahasiswa kedokteran
sepakat untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan pendidikan
rakyat.
Pada tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi bernama Budi Utomo dibentuk di
Jakarta. Ketua Budi Utomo adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh lain
pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario
Tirtokusumo.
Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya
adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak
dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf
yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah,
membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali
seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan
dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut.
- Pihak
kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar
saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada
pelajaran sekolah saja.
- Pihak
kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke
arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat
yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan.
Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari
keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban.
Berikut
ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo :
- Budi Utomo cenderung memajukan
pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
- Lebih mementingkan pemerintah
kolonial Belanda daripada kepentingan rakyat Indonesia.
- Menonjolnya kaum priyayi yang lebih
mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih. Ketika meletus
Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik.
- Pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan
fusi ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus
mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.
2. Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa.
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa.
Garis
yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan
Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang
lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak.
Oleh karena itu agar memiliki anggota yang
banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI
diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh
beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim.
Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang
ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
1. Perlawanan terhadap para pedagang
perantara (penyalur) oleh orang Cina,
2. Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba
waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
3. Membuat front melawan semua penghinaan
terhadap rakyat bumi putera.
4. Mengembangkan
jiwa berdagang,5. Memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
6. Memajukan pengajaran den semua yang mempercepat naiknya
7. Derajat bumi putera,
8. Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
9. Tidak bergerak dalam bidang politik, dan
10. Menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan hukum.
Ironisnya
yang mendapat pengakuan pemerintah colonial Belanda (Gubernur Jenderal
Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik
pemerintah colonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan
perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan
Semaun mengenai kapitalisme.
Menurut
Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah
haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya
disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap
sebagai anggota organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI
pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
- SI
Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh
H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di
Yogyakarta.
- SI
Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun,
yang berpusat di Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti
nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah
lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI
Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan
pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
3. Indische Partij (IP)
Indische
Partij adalah partai politik pertama di Indonesia. menunjukkan para
pendiri Indische Partij yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai E.F.E.
Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr. Cipto
Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912.
Trio Indische Partij dari kiri Suwardi Suryaningrat, dr. Cipto Mangunkusumo, dan E.F.E. Douwes Dekker. Foto: Tempo |
Tujuan
Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa
Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku,
agama, dan ras.
Pada
tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasan Belanda
dari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut
memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana
tersebut.
Suwardi
Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul
Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda). Suwardi mengecam
Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan
kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh Indische
Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat
ditangkap dan dibuang ke Belanda.
4. Perhimpunan Indonesia
Pada
tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische
Vereeniging. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan
Soripada dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi
ini adalah R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai,
Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), dan Brentel.
Anggota Indische Vereeniging. Foto: Tempo |
Tujuan
dibentuknya Indische Vereeniging adalah Indonesia merdeka, memperoleh
suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat.
Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging.
Masuk
konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang
diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol
setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan
dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right of Self
Determination).
5. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai
Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920.
Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia
bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma,
mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada
tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain
Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.
PKI pada tahun 1923. Foto: Indonesian Old Image |
PKI
terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang
ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Organisasi
PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow.
Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin
luas.
Pada
tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat
sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih
kacau.
PKI
telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam
pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di
tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan yang luar biasa dari
pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun PKI
dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan
kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk
tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
6. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya
partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari studie club. Salah
satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan
Algemeene Studie Club.
Pendiri Partai Nasional Indonesia. Foto: Musem Sumpah Pemuda |
Lahirnya
PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks.
Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangatuntuk menyusun kekuatan
baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini
dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq
Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI
berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut.
1. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang
bisa menggerakkan massa.
2. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
3. Propagandanya menarik dan mempunyai orator
ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
4. Untuk mengobarkan semangat perjuangan
nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI.
Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan
nasional.
Tujuan
PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI
menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan
nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi.
Dasar perjuangannya adalah marhaenisme.
7. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
PPPKI
dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan
organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo
(BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia.
Tujuan dibentuknya PPPKI yaitu:
Anggota PPPKI. Foto: Museum Dewantara Kirti Griya |
1. Menghindari segala perselisihan di antara
anggota-anggotanya;
2. Menyatukan organisasi, arah, serta cara
beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia
3. Mengembangkan persatuan kebangsaan
Indonesia.
Pembentukan
organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan
keretakan tersebut.
- Masing-masing
anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
- Kurangnya
kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
- Perbedaan
gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
8. Partai Indonesia (Partindo)
Ketika
Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI
pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono
pada tahun 1929.
Sejak
awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi
politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu
nasional. Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama
yaitu self help dan nonkooperasi.
Partindo
semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun 1932,
setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat
radikal menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena
tidak bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.
9. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai
Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo pada
tanggal 26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan
Bangsa Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya. Asas
politik Parindra adalah insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi
maupun nonkooperasi.
Parindra. Foto: Koleksi Museum Nasional |
Sikapnya
terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi, jadi
luwes. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat di
volksraad adalah Moh. Husni Thamrin.
Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin bertambah sehingga suara yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.
10. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerakan
Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh
orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane,
dan Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia
Merdeka. Gerindo juga menganut asas incidental yang sama dengan Parindra.
Tujuan Gerindo antara lain:
Moh.Yamin Pendiri Gerindo.Foto: Tempo |
- Mencapai
Indonesia Merdeka,
- Memperkokoh
ekonomi Indonesia,
- Mengangkat
kesejahteraan kaum buruh, dan
- Memberi
bantuan bagi kaum pengangguran.
Pada
tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya
diselenggarakan suatu musyawarah antara wakilwakil Indonesia dan negara Belanda
di mana anggotanya mempunyai hak yang sama.
Tujuannya
adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian kepada Indonesia suatu pemerintah
yang berdiri sendiri. Namun usul tersebut ditolak oleh pemerintah kolonial
Belanda. Adanya kekecewaan terhadap keputusan pemerintah Belanda tersebut, atas
prakarsa Moh. Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan
Politik Indonesia (Gapi). Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong
terbentuknya Gapi.
1. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini
berisi permohonan agar diadakan musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan
Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi pemerintahan yang
berdiri sendiri.
2. Kepentingan internasional akibat timbulnya
fasisme.
3. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan
kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan
Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen
sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen. Tuntutan
Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah
Belanda membentuk komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman karena diketuai
oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan mem-pelajari
perubahan-perubahan ketatanegaraan.
Namun,
setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang
mengecewakan bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat
Indonesia berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak
keputusan tersebut, sebab dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan
dengan keinginan rakyat Indonesia.
12. Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah
adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18
November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau
pengikut Muhammad. Dengan nama ini memiliki harapan dapat mencontoh segala
jejak perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad.
Bendera Organisasi Islam Nahdlatul Ulama. Foto: NU.or.id |
Di
samping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan
bangsa antara lain, berikut ini.
1. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1
Januari 1925 di Jakarta.
2. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal
31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
3. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di
Pacor, Lombok Timur.
13. Organisasi Pemuda dan Wanita
Perkumpulan
pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri pada
tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr.
Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan
organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di
Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga
tujuan mulia (sakti, budhi, bakti).
Kegiatan di Van Deventer School Bandung (Sekolah Keutamaan Istri) di Bandung. Foto: kumeokmemehdipacok |
Organisasi
kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan banyak bermunculan seperti
Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong
Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia),
Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dan sebagainya.
Di
samping gerakan para pemuda, kaum wanita juga tidak mau ketinggalan. Pergerakan
wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah
Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri
Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk
memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan dengan cara memberi
penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang merdeka, dan melenyapkan
tindakan malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan
Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916
di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug
tahun
1918. Tokoh Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika.
Di
Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang benafaskan Islam
dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita
dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah juga ada
perkumpulan wanita yang bernama Wanito Utomo, yang mulai memasukkan perempuan
ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah emansipasi.
Di
samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat seorang tokoh wanita yaitu
Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa. Beliau mendirikan perkumpulan yang
bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada tahun 1917. PIKAT
dalam kegiatannya mendirikan Sekolah Kepandaian Putri.
14. PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia)
Sumpah
pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat
dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen
Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten
Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan
Indonesia.
Suasana saat Kongres Pemuda I. Foto: Coreter |
Para
pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan
dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan.
Sumber: hariansejarah
Tidak ada komentar
Posting Komentar