Mafia Berkeley Dan Pembunuhan Massal Di Indonesia
Memang agak aneh kedengarannya karena judul tersebut memiliki
serangkaian makna yang tampaknya memiliki nilai rasa yang bertentangan.
Berkeley adalah nama suatu universitas terkenal di Amerika Serikat, tempat
mahasiswa-mahasiswa terpilih dari Indonesia dan negeri-negeri lain dikirim
untuk melanjutkan pelajarannya. Jadi suatu nama yangterhormat dan terpandang.
Sementara Mafia adalah nama suatu kelompok penjahat (bandit)yang terorganisir
di Italia dan Amerika Serikat yang menguasai perjudian, perdagangan obatbius,
pelacuran dan bisnis hitam lainnya yang tidak lepas dari perampokan, penculikan
dan pembunuhan. Yang lebih menarik lagi, istilah-istilah tersebut dikaitkan
dengan pembunuhan massal di Indonesia. Namun setelah membaca isi artikel tersebut
akhirnya diperoleh satu pengertian yang cukup jelas, mengapa si penulis memilih
judul tersebut.
Tulisan tersebut dibuat oleh seorang warga negara Amerika yang bernama
David Ransom. Dia adalah seorang sarjana lulusan Harvard, yang menjadi anggota
dari Pacific Studies Center, suatu lembaga yang merupakan pusat studi
masalah-masalah yang terkait dengan wilayah Pasifik. David Ransom bertanggung
jawab untuk mempelajari Indonesia. Kurang lebih selama satu tahun dia tinggal
di Indonesia untuk melaksanakan tugasnya itu. Setelah dirasanya penyelidikan
dan bahan yang diperlukan cukup, akhirnya dia sampai pada suatu kesimpulan yang
diwujudkannya dalam bentuk artikel, yang kemudian dimuat dalam majalah Ramparts,
yaitu terbitan berkala di Amerika pada bulan Oktober 1970.
Sebagaimana dapat kita simak bersama, di dalam tulisan itu diungkapkan
antara lain:
a. Kebijakan politik Amerika Serikat dengan dalih anti komunisnya itu
telah menjerat bangsa-bangsa dan negeri-negeri lain untuk masuk ke dalam
strategi globalnya.
b. Langkah-langkah yang dilakukan oleh badan intelijen Amerika Serikat
CIA itu telah menyusupi hampir semua badan, lembaga, kekuatan sosial-politik,
dan oknum-oknum penting untuk kemudian diperalatnya.
c. Yayasan-yayasan yang menyediakan dana-dana bantuan pendidikan semacam
Ford Foundation dan Rockefeller Foundation, yang di samping sering memberikan
bantuan- bantuan perlengkapan, tenaga-tenaga ahli, juga membiayai pengiriman
mahasiswa-mahasiswa di luar negeri itu; adalah alat, pangkalan (sarang) dan
kedok CIA untuk melancarkan operasi-operasinya ke berbagai penjuru dunia.
d. Perguruan tinggi-perguruan tinggi semacam: Berkeley, Cornell, MIT
(Massachusetts Institute of Technology), Harvard dan lain-lain itu telah
dijadikan sarang dan dapur CIA untuk mencekokkan ilmu-ilmu liberal dan
meng-amerika-kan para mahasiswa yang datang dari berbagai negeri itu serta
menggemblengnya menjadi agen dan kaki tangannya yang setia.
e. Bahwa banyak badan-badan pendidikan dan perikemanusiaan itu sekedar
dijadikan kedok semata-mata untuk kepentingan CIA
f. Mengapa Soekarno mesti digulingkan dan nasionalisme yang dibawakannya
mesti dihancurkan.
g. Bagaimana kaum Sosialis Kanan/PSI telah berpuluh tahun mengadakan persekongkolan
dengan CIA untuk merebut kekuasaan di Indonesia ini dari tanganSoekarno.
h. Bagaimana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di Jakarta itu telah
dijadikan dapur dan sarang komplotan PSI-CIA dan untuk dari situ melancarkan
gerilya politik(gerpol) dan subversinya ke mana-mana.
i. Bagaimana bantuan-bantuan ahli dari A.S seperti Guy Pauker, George
Kahin, JohnHoward, Harris, Glass-burner, dan kaum Sosialis Kanan/PSI semacam:
Soemitro Djojohadikusumo, Widjoyo Nitisastro, Sadli, Emil Salim, Subroto, Barli
Halim, dan Sudjatmoko yang akhir-akhir ini dipopulerkan sebagai kaum
teknokrat-ekonom kaliber internasional dan sekarang berhasil menduduki
posisi-posisi penting dalam lembaga-lembaga pemerintahan puncak itu, telah lama
mengadakan permainan bersama yang lihai.
j. Bagaimana SESKOAD yang merupakan: kawah candradimukanya
perwira-perwira Tinggi AD Indonesia itu, oleh Soewarto (seorang Letjen Komandan
SESKOAD yang telah meninggal dua tahun yang lalu) bersama kaum Sosialis
Kanan/PSI telah digunakan untuk kepentingan-kepentingan lain.
k. Apa peranan dan usaha kaum Sosialis Kanan/PSI yang berkerumun di
sekitar Jenderal Soeharto sekarang ini.
l. dan lain-lain.
Berbagai bentuk reaksi dan tanggapan terhadap tulisan tersebut sudah
bermunculan juga.Sudah tentu, terutama dari pihak Sosialis Kanan/PSI sendiri,
seperti Harian Indonesia Raya,Harian KAMI, dan Mingguan Ekspres (waktu masih
pimpinan lama). Koran-koran PSI ini pada umumnya menuduh bahwa artikel tersebut
adalah bersifat fitnah, palsu dan merupakan isapan jempol belaka.
Oleh karena itu, koran-koran tersebut menganjurkan agar orang tidak usah
mempercayainya. Artikel Berkeley Mafia itu adalah karangan isapan jempol dari seorang
Marxist kolot yang dimuat dalam suatu majalah yang cuma kecil saja oplagnya dan
terompetnya golongan New Left di Eropa dan Amerika. Lagi pula tulisan tersebut
bertujuan untuk mendiskreditkan orang-orang/ahli-ahli yang sekarang ini sedang
memegang jabatan dan peranan penting dalam pemerintah Indonesia. Demikian
komentar-komentar tersebut.
Adalah hak mereka untuk berpendapat demikian dan untuk membela diri.
Tetapi adalah hak orang lain pula untuk berpendapat lain.Karena tulisan
tersebut adalah menyangkut orang-orang yang memegang posisi dan peranan penting
dalam pemerintahan Indonesia, yang berarti mempunyai peranan besar dalam memberikan
warna dan menentukan arah kehidupan bangsa dan negara kita ke depan. Maka kita
berpendapat bahwa tulisan tentang Barkeley Mafia itu perlu dipelajari dengan
cermat dansungguh-sungguh. Apalagi kalau diingat kenyataan-kenyataan dan
praktek-praktek yang dijalankan oleh kaum PSI/Sosialis Kanan selama ini.
Atas dasar itulah, serial dalam Mingguan Dwiwarna tersebut kita kutip
dengan mengadakan perbaikan-perbaikan redaksional seperlunya tanpa merubah isi
pokok dan jiwanya, dengan maksud agar lebih mudah dipelajari dan dimengerti.
Sungguhpun masalahnya sekedar tulisan dalam suatu majalah, namun kalau
ditilik dalam-dalam dan dipikir sungguh-sungguh, masalah ini cukup menimbulkan
persoalan-persoalandan seharusnya juga membawa konsekuensi-konsekuensi.
Sekiranya tulisan tersebut fitnah, palsu atau salah, yang manakah yang
salah? Mengapa tidak ada bantahan dari pihak resmi yang bersangkutan dan
pengusutan secara resmi? Mengapakah kenyataan-kenyataan dan praktek-praktek
selama ini cenderung untuk membenarkan pengungkapan tersebut? Ataukah hanya
suatu kebetulan atau kesejajaran saja?
Dan sekiranya tulisan itu benar, yang berarti kehidupan kenegaraan kita
telah berhasil dicaplok dan dicengkeram oleh subversi imperialis dan kaki
tangannya di dalam negeri, lantas apakah sikap rakyat, ABRI dan Pemerintah
Indonesia? Apakah akan membiarkannya saja ataukah akan diambil
tindakan-tindakan penyelamatan? Seandainya dibiarkan saja, lantas bagaimanakah
nasib dan hari depan rakyat, bangsa dan negara Indonesia ini nanti?
Pikiran-pikiran demikian setidaknya akan terus berkecamuk pada semua
patriot-putra Tanah Air yang bertanggung jawab.
Dan akhirnya, sebagai penutup kutipan ini kita muatkan tulisan Prof. Dr.
SoemitroDjoyohadikusumo, sebagai pemegang peranan terbesar dalam proses
tersebut. Meskipun tulisan ini sangat halus dan terselubung, tetapi kiranya
akan cukup membantu untukmenjernihkan persoalannya. Semoga bermanfaat.
Selamat belajar!!!
Surabaya, 1 Januari 1971
Penyalin
Klik gambar untuk unduh E-Booknya...
Tidak ada komentar
Posting Komentar