Think before you speak. Read before you think

Breaking News

Mafia Berkeley Dan Pembunuhan Massal Di Indonesia

Mafia Berkeley David Ransom
Mingguan Dwiwarna Jakarta dalam penerbitannya No.103 s/d 109 tahun 1970 memuat satu tulisan bersambung yang sangat menarik dan juga penting. Serial tulisan tersebut adalah merupakan terjemahan dari artikel yang berjudul "Berkeley Mafia and Indonesian Massacre" (Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia) yang dimuat di satu majalah luar negeri.

Memang agak aneh kedengarannya karena judul tersebut memiliki serangkaian makna yang tampaknya memiliki nilai rasa yang bertentangan. Berkeley adalah nama suatu universitas terkenal di Amerika Serikat, tempat mahasiswa-mahasiswa terpilih dari Indonesia dan negeri-negeri lain dikirim untuk melanjutkan pelajarannya. Jadi suatu nama yangterhormat dan terpandang. Sementara Mafia adalah nama suatu kelompok penjahat (bandit)yang terorganisir di Italia dan Amerika Serikat yang menguasai perjudian, perdagangan obatbius, pelacuran dan bisnis hitam lainnya yang tidak lepas dari perampokan, penculikan dan pembunuhan. Yang lebih menarik lagi, istilah-istilah tersebut dikaitkan dengan pembunuhan massal di Indonesia. Namun setelah membaca isi artikel tersebut akhirnya diperoleh satu pengertian yang cukup jelas, mengapa si penulis memilih judul tersebut.

Tulisan tersebut dibuat oleh seorang warga negara Amerika yang bernama David Ransom. Dia adalah seorang sarjana lulusan Harvard, yang menjadi anggota dari Pacific Studies Center, suatu lembaga yang merupakan pusat studi masalah-masalah yang terkait dengan wilayah Pasifik. David Ransom bertanggung jawab untuk mempelajari Indonesia. Kurang lebih selama satu tahun dia tinggal di Indonesia untuk melaksanakan tugasnya itu. Setelah dirasanya penyelidikan dan bahan yang diperlukan cukup, akhirnya dia sampai pada suatu kesimpulan yang diwujudkannya dalam bentuk artikel, yang kemudian dimuat dalam majalah Ramparts, yaitu terbitan berkala di Amerika pada bulan Oktober 1970.

Sebagaimana dapat kita simak bersama, di dalam tulisan itu diungkapkan antara lain:

a. Kebijakan politik Amerika Serikat dengan dalih anti komunisnya itu telah menjerat bangsa-bangsa dan negeri-negeri lain untuk masuk ke dalam strategi globalnya.

b. Langkah-langkah yang dilakukan oleh badan intelijen Amerika Serikat CIA itu telah menyusupi hampir semua badan, lembaga, kekuatan sosial-politik, dan oknum-oknum penting untuk kemudian diperalatnya.

c. Yayasan-yayasan yang menyediakan dana-dana bantuan pendidikan semacam Ford Foundation dan Rockefeller Foundation, yang di samping sering memberikan bantuan- bantuan perlengkapan, tenaga-tenaga ahli, juga membiayai pengiriman mahasiswa-mahasiswa di luar negeri itu; adalah alat, pangkalan (sarang) dan kedok CIA untuk melancarkan operasi-operasinya ke berbagai penjuru dunia.

d. Perguruan tinggi-perguruan tinggi semacam: Berkeley, Cornell, MIT (Massachusetts Institute of Technology), Harvard dan lain-lain itu telah dijadikan sarang dan dapur CIA untuk mencekokkan ilmu-ilmu liberal dan meng-amerika-kan para mahasiswa yang datang dari berbagai negeri itu serta menggemblengnya menjadi agen dan kaki tangannya yang setia.

e. Bahwa banyak badan-badan pendidikan dan perikemanusiaan itu sekedar dijadikan kedok semata-mata untuk kepentingan CIA

f. Mengapa Soekarno mesti digulingkan dan nasionalisme yang dibawakannya mesti dihancurkan.

g. Bagaimana kaum Sosialis Kanan/PSI telah berpuluh tahun mengadakan persekongkolan dengan CIA untuk merebut kekuasaan di Indonesia ini dari tanganSoekarno.

h. Bagaimana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di Jakarta itu telah dijadikan dapur dan sarang komplotan PSI-CIA dan untuk dari situ melancarkan gerilya politik(gerpol) dan subversinya ke mana-mana.

i. Bagaimana bantuan-bantuan ahli dari A.S seperti Guy Pauker, George Kahin, JohnHoward, Harris, Glass-burner, dan kaum Sosialis Kanan/PSI semacam: Soemitro Djojohadikusumo, Widjoyo Nitisastro, Sadli, Emil Salim, Subroto, Barli Halim, dan Sudjatmoko yang akhir-akhir ini dipopulerkan sebagai kaum teknokrat-ekonom kaliber internasional dan sekarang berhasil menduduki posisi-posisi penting dalam lembaga-lembaga pemerintahan puncak itu, telah lama mengadakan permainan bersama yang lihai.

j. Bagaimana SESKOAD yang merupakan: kawah candradimukanya perwira-perwira Tinggi AD Indonesia itu, oleh Soewarto (seorang Letjen Komandan SESKOAD yang telah meninggal dua tahun yang lalu) bersama kaum Sosialis Kanan/PSI telah digunakan untuk kepentingan-kepentingan lain.

k. Apa peranan dan usaha kaum Sosialis Kanan/PSI yang berkerumun di sekitar Jenderal Soeharto sekarang ini.

l. dan lain-lain.

Berbagai bentuk reaksi dan tanggapan terhadap tulisan tersebut sudah bermunculan juga.Sudah tentu, terutama dari pihak Sosialis Kanan/PSI sendiri, seperti Harian Indonesia Raya,Harian KAMI, dan Mingguan Ekspres (waktu masih pimpinan lama). Koran-koran PSI ini pada umumnya menuduh bahwa artikel tersebut adalah bersifat fitnah, palsu dan merupakan isapan jempol belaka.

Oleh karena itu, koran-koran tersebut menganjurkan agar orang tidak usah mempercayainya. Artikel Berkeley Mafia itu adalah karangan isapan jempol dari seorang Marxist kolot yang dimuat dalam suatu majalah yang cuma kecil saja oplagnya dan terompetnya golongan New Left di Eropa dan Amerika. Lagi pula tulisan tersebut bertujuan untuk mendiskreditkan orang-orang/ahli-ahli yang sekarang ini sedang memegang jabatan dan peranan penting dalam pemerintah Indonesia. Demikian komentar-komentar tersebut.

Adalah hak mereka untuk berpendapat demikian dan untuk membela diri. Tetapi adalah hak orang lain pula untuk berpendapat lain.Karena tulisan tersebut adalah menyangkut orang-orang yang memegang posisi dan peranan penting dalam pemerintahan Indonesia, yang berarti mempunyai peranan besar dalam memberikan warna dan menentukan arah kehidupan bangsa dan negara kita ke depan. Maka kita berpendapat bahwa tulisan tentang Barkeley Mafia itu perlu dipelajari dengan cermat dansungguh-sungguh. Apalagi kalau diingat kenyataan-kenyataan dan praktek-praktek yang dijalankan oleh kaum PSI/Sosialis Kanan selama ini.

Atas dasar itulah, serial dalam Mingguan Dwiwarna tersebut kita kutip dengan mengadakan perbaikan-perbaikan redaksional seperlunya tanpa merubah isi pokok dan jiwanya, dengan maksud agar lebih mudah dipelajari dan dimengerti.

Sungguhpun masalahnya sekedar tulisan dalam suatu majalah, namun kalau ditilik dalam-dalam dan dipikir sungguh-sungguh, masalah ini cukup menimbulkan persoalan-persoalandan seharusnya juga membawa konsekuensi-konsekuensi.

Sekiranya tulisan tersebut fitnah, palsu atau salah, yang manakah yang salah? Mengapa tidak ada bantahan dari pihak resmi yang bersangkutan dan pengusutan secara resmi? Mengapakah kenyataan-kenyataan dan praktek-praktek selama ini cenderung untuk membenarkan pengungkapan tersebut? Ataukah hanya suatu kebetulan atau kesejajaran saja?

Dan sekiranya tulisan itu benar, yang berarti kehidupan kenegaraan kita telah berhasil dicaplok dan dicengkeram oleh subversi imperialis dan kaki tangannya di dalam negeri, lantas apakah sikap rakyat, ABRI dan Pemerintah Indonesia? Apakah akan membiarkannya saja ataukah akan diambil tindakan-tindakan penyelamatan? Seandainya dibiarkan saja, lantas bagaimanakah nasib dan hari depan rakyat, bangsa dan negara Indonesia ini nanti? Pikiran-pikiran demikian setidaknya akan terus berkecamuk pada semua patriot-putra Tanah Air yang bertanggung jawab.

Dan akhirnya, sebagai penutup kutipan ini kita muatkan tulisan Prof. Dr. SoemitroDjoyohadikusumo, sebagai pemegang peranan terbesar dalam proses tersebut. Meskipun tulisan ini sangat halus dan terselubung, tetapi kiranya akan cukup membantu untukmenjernihkan persoalannya. Semoga bermanfaat.

Selamat belajar!!!

Surabaya, 1 Januari 1971

Penyalin

Klik gambar untuk unduh E-Booknya...


Tidak ada komentar