Think before you speak. Read before you think

Breaking News

FILSAFAT SOSIAL KARL MARX 1818-1883 MATERIALISME DIALEKTIKA HISTORIS

Karl Marx
Foto: thecommunists.org
Marxisme adalah kata lain untuk sebuah filsafat yang bernama dialektika materialisme. Dialektika dan materialisme adalah dua filsafat yang dikembangkan oleh filsuf-filsuf Barat dan juga Timur yang kemudian disatukan dan disintesakan oleh Marx menjadi dialektika materialisme. Untuk memahami pokok-pokok Marxisme, kita bisa memecahkannya menjadi tiga bagian, seperti yang dipaparkan oleh Lenin, yakni:Materialisme Dialektis, Materialisme Historis dan Ekonomi Marxis.
PENDAHULUAN 
Karl Marx merupakan sosok pemikir filsuf sekaligus seorang sosiolog yang sangat fenomenal abad 19, selain Emile Durkheim dan Max Weber. Pemikrannya menjadi poros tersendiri bagi seorng filusuf sekaligus sosiolog yang menjadi kutub bagi kalangan kapitalis, beberapa kejadian revolusi besar didunia tergerak dari pangkal pemikiran Marx seperti revolusi Bolshevik atau yang lebih dikenal dengan revolusi Oktober 1917 di Rusia yang dipimpin oleh Vladimir Lenin, sementara di wilayah Asia, di Cina yang di kenal dengan revolusi Tiongkok 1949 yang dipimpin Mao Tse Tung, dan juga tidak kalah pentingnya pemikran Marx juga mempengaruhi gerakan revolusi di Indonesia 1945 dan juga diberbagai bekas jajahan kolonial lainnya. 

Para filosof hanya menafsirkan dunia dengan berbagai macam cara; namun yang jadi inti adalah mengubahnya.[2] Sebuah theses dari Marx yang menjadi perdebatan dalam banyak kalangan, baik dari kalangan proletariat maupun dari kalangan borjuasi. Inilah yang membedakan diantara filsuf sebelumnya dengan pemikiran Marx. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan tujuan berfilsafat. 

Seperti pernyataan thesis Karl Marx di atas diartikan bahwa, tujuan para filosof berfilsafat adalah bagiamana memahami hakekat dunia (how to under stand the world), sedangkan Karl Marx tujuan berfilsafatnya adalah bagaimana mengubah dunia (how to change the world).[3] Oleh karena thesis itulah filsafat Karl Marx dari banyak kalangan menyebutnya sebagai filsafat social. Filsafat social, menurut Blackburn, adalah kajian menyeluruh dan komprehensif tentang masyarakat bagaimana ia ada dan seharusnya ada. Dalam pandangan Ellwood, filsafat social sebagai pemikiran tentang hubungan-hubungan antar manusia (human relations), bagaimana asal-usul, arah dan strukturnya yang seharusnya untuk kesejahteraan manusia (human welfare).[4] Dalam inti pemikiran Karl Marx dalam filsafat sosialnya tersebut terdapat tiga paradigm teoritik pokok yaitu, Materialisme Dialektika, Materialisme Historis, dan Ekonomi Politik Marxis. Seperti yang akan kita bahas selanjutnya, dalam pembahasan fisafat social Karl Marx disini hanya difokuskan pada teori Materialisme Dialektika, Materialisme Historis. 

Riwayat hidup Karl Marx 
Karl Marx lahir di kota Trier, Jerman pada tanggal 5 mei 1818,dari keluarga yahudi. Ayahnya seorang advokat yang cukup mapan kehidupanya. Pada tahun 1835 Marx pergi ke Bonn sebagai mahasiswa dalam bidang Ilmu Hukum,kemudian ia pindah ke Berlin untuk belajar Kesastraan,sejarah dan Filsafat.[5] Dari sinilah Marx berkenalan denga pemikiran-pemikiran Hegel. Meskipun pada saat itu Hegel telah meninggal, tetapi semangat dan filsafat yang diwariskannya masih diminati dan menguasai pemikiran filsafat dan sosial Eropa.[6] Pada usia 23 tahun ia meraih gelar doktor filsafat. Gagal menjadi dosen, Marx muda kemudian menjadi wartawan dan akhirnya lebih banyak menjadi aktivis politik dan penulis. 

Hidup Marx berpindah-pindah. Saat menjadi wartawan di Jerman, dia pindah ke Paris. Di sini dia bertemu perempuan bernama Jenny yang dinikahinya pada 19 Juni 1843. Di Paris pula dia bertemu dengan Friedrich Engels yang menjadi sahabat karibnya. Marx, pada tahun 1845, bersama keluarganya pindah ke Brusells. Marx sempat kembali ke Paris dan kemudia ke Rhineland. Marx akhirnya pindah ke London pada tahun 1849. Da tinggal dan berkarya di kota tersebut sampai akhir hayatnya. Dia meninggal pada 14 Maret 1883. 

Karl Marx adalah seorang filsuf, ekonom, sosiolog sekaligus aktivis politik. Pemikiran Marx dipengaruhi oleh Hegel, Feurbach, pemikir-pemikir sosialis Perancis seperti St. Simon, Prudhon dan tokoh revolusioner seperti Blanqui. Selama hidupnya, Marx telah banyak menghasilkan karya, seperti: Economic and Philosophical Manuscript, The German Ideology, The Class Strrunggles in France and the Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte, The Communist Manifesto, Das Capital.[7] 

Dua Pokok Aliran Filsafat Mempengaruhi Pemikiran Karl Marx 
Pemikiran Karl Marx sangat dipengaruhi oleh dua tokoh filsuf sebelumnya, semasa kuliah pemikiranmya terpengaruh oleh Hegelianisme yang masih mempunyai pengaruh sangat kuat di wilayah Eropa, di samping juga dipengaruhi pemikiran Feuerbach di kala mendobrak pemikiran Hegel menuju materialisme.[8] Pemikiran yang mempengaruhi Karl Marx tersebut adalah: 

Dialektika Hegel 
Karl Marx, seperti yang kita ketahui, ialah murid Hegel semasa mudanya, dan dalam system filsafatnya yang terakhir ia masih mempertahankan beberapa corak Hegelian.[9] Menurut Hegel bahwa, dalam pandangannya sejarah merupakan dunia mengulang transisi-transisi dialektik, itulah tesis yang dikembangkan dalam karyanya, Philosophy of History.[10] Filsafat-sejarah Marx merupakan campuran anatara dialektika Hegelian dan ekonomi Britania. Seperti yang dijelaskan dalam tesisnya. Hegel, ia mengira bahwa dunia berkembang menurut rumusan dialektis, tetapi ia tidak sepakat dengan Hegel mengenai kekuatan penggerak perkembangan ini. Hegel percaya kepada entitas mistis yang disebut “Ruh” (Spirit), yang menyebabkan sejarah manusia berkembang menurut tahap-tahap dialektik seperti yang dipolakan dalam Logic, karya Hegel. 

Dialektika Marx tidak memiliki satu pun kualitas ini kecuali yang tak terelakkan. Bagi Marx kekuatan penggerakanya adalah materi, bukan ruh. Namun materi yang dimaksud disini adalah materi dalam pengertian yang unik, bukan yang didehumanisasikan oleh para atomis. Ini berarti bahwa, bagi Marx, kekuatan penggerak itu sesungguhnya adalah hubungan anatara manusia dengan materi, yang bagian terpentingnya adalah cara produksinya. Dengan jalan inilah materialism Marx, dalam prakteknya, menjadi ilmu ekonomi.[11] 

Materialisme Feuerbach 
Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa salah satu pemikiran pokok yang mempengaruhi pemikiran Karl Marx dalam filsafat sosialnya, khususnya yang mengenahi materialisme adalah dipengaruhinya dari pemikiran tentang materi oleh Feuerbach. Seperti juga marx, Feuerbach merupakan salah satu murid yang pernah belajar filsafat kepada Hegel, para murid Hegel sering kali mendapatkan sebutan sebagai “Hegelian muda”. Feuerbach termasuk sebagai salah satu dari aliran Hegelian sayap kiri.[12] 

Feuerbach memandang bahwa system filosofis yang sudah ditegakkan oleh Hegel adalah puncak tertinggi dari rasionalisme Barat. Masalahnya bagi Feuerbach adalah bahwa system Hegelian itu tidak cocok dengan kenyataan inderawi yang kongkrit. Kenyataan inderawi yang kongkrit itu adalah alam material. Alam jug adalah dasar terakhir dari kenyataan. Artinya, seluruh kenyataan dapat dikembalikan pada alam material sebagai kenyataan akhir.[13] 

Bagaimana kesimpulan Feuerbach itu bisa dijelaskan? Dia tentu sadar bahwa adanya alam dapat diketahui pikiran; obyek dapat diketahui lewat subyek yang sadar. Akan tetapi, kemudia dia mempersoalkan dari mana munculnya kesadaran itu kalau tidak ada sesuatu yang disadari lebih dulu. Dengan kata lain, manusia sebagai subjek itu menyadari alam hanya dengan cara membedakan dirinya dari alam itu. Artinya adalah dasar bagi kesadaran, sebab tanpanya mustahil muncul pembedaan itu. Atas alasan ini, Feuerbach mengatakan bahwa alam adalah dasar bagi manusia. Dengan cara demikian pula, apa yang oleh Hegel disebut “Idea”, “Roh”, “Logos” di hadapan Feuerbach diubah menjadi alam material. Dan memang lewat kritik atas idealism ini, Feuerbach ingin mengubahnya menjadi meterialisme.[14] 

Dari kedua pemikiran filosof tersebut di atas Marx mencoba megkritisi kedua pemikiran filosof tersebut, dan mengambil sebagian di antara kedua pemikiran filosof yang dianggap relevan atas pemikiran Marx. Marx sebenarnya adalah seorang ahli waris filsafat Hegel, tetapi dia adalah ahli waris yang kritis. Sudah disinggung bahwa dia pernah tergabung dalam kelompok Hegelian Sayap Kiri di Berlin. Ada beberapa warisan Hegelian dalam filsafat Marx. Pertma, Marx memakai metode dialektika Hegel untuk menjelaskan sejarah dan proses-proses kemasyarakatan. Kedua, Marx juga menganut asumsi-asumsi filsafat sejarah Hegel, bahwa melalui sejarah umat manusia mewujudkan dirinya ke arah sebuah telos (tujuan) tertentu. Ketiga, seperti Hegel, Marx juga merefleksikan kenyataan negatif, yaitu alienasi. Sebagai ahli waris yang kritis, Marx sebenarnya sejalan dnegan Feuerbach: dia ingin mentransformasikan idealisme menjadi materialisme.[15] 

Sementara dalam materialis, Marx juga sependapat dengan Feuerbach dalam pengandaiannya atas Das Wesen des Christentums, bahwa kenyataan akhir adalah objek-objek inderawi. Akan tetapi, lalu dia mengajukan kritik-kritiknya melalui esai-esainya, Thesen uber Feuerbanch, kita bisa menemukan bagaimana penilaian Marx mengenai materialism. Dia menolak segala bentuk materialisme sebelum dia, termasuk materialisme Feuerbach. Alasanya adalah bahwa materialism sampai pemikiran Feuerbach bersifat kontemplatif dan tidak mendorong pada kegiatan revolusioner. Sebenarnya yang ditolak Marx adalah segala bentuk materialism zaman pencerahan dan pasca-pencerahan yang menafsirkan dunia secara mekanik.[16] 

Inilah kritik pemikiran Marx atas pemikiran Hegel tentang dialektika yang idealistis, sehingga menurut Marx dialektiknya Hegel sangat mengawang-awang. Sementara kritik atas pemikiran Feuerbach tentang materialis, Marx menganggap materialisme Feuerbach adalah materialis mekanik, sehingga sifatnya kontemplatif yang tidak bisa bersifat revolusioner. Dari sinilah Marx mengambil ide materialismnya Feuerbach yang tidak bersifat mekanik, dan Marx juga mengambil metode dialektika Hegel untuk menjelaskan sejarah dan proses-proses kehidupan masyarakat. 

Marxisme adalah kata lain untuk sebuah filsafat yang bernama dialektika materialisme. Dialektika dan materialisme adalah dua filsafat yang dikembangkan oleh filsuf-filsuf Barat dan juga Timur yang kemudian disatukan dan disintesakan oleh Marx menjadi dialektika materialisme. Untuk memahami pokok-pokok Marxisme, kita bisa memecahkannya menjadi tiga bagian, seperti yang dipaparkan oleh Lenin, yakni: 
Materialisme Dialektis 
Materialisme Historis 
Ekonomi Marxis 

Tiga bagian ini yang biasanya menjadi bagian utama dari Marxisme. Namun pada dasarnya, Materialisme Historis adalah pemahaman sejarah dengan metode materialisme dialektis, dan Ekonomi Marxis adalah pemahaman ekonomi dengan metode materialisme dialektis. Semua aspek kehidupan bisa ditelaah dengan materialisme dialektis. Kebudayaan, kesenian, ilmu sains, dll., semua ini bisa dipelajari dengan metode materialisme dialektis, dan hanya dengan metode ini kita bisa memahami bidang-bidang tersebut dengan sepenuh-penuhnya.[17] Lebih lanjut kita akan mulai membahas tentang pemahaman materialisme dialektika sebagai dasar untuk memahami materialisme historis. 

MATERIALISME DIALEKTIKA 

Materialisme dialektika adalah bukan semata-mata gejala materi dari kesatuan yang organik, melainkan bergerak dan berkembang. Seluruh alam, kata Engels, dari yang sebutir pasir sampai matahari, dari sperma sampai manusia, adalah selalu dalam keadaan senantiasa mengalir dengan bergerak dan berkembang. 

Gerak adalah bentuk eksistensi materi, di manapun tak pernah ada dan tak mungkin ada materi tanpa gerak. Sebab materi tanpa gerak adalah sama mustahilnya gerak tanpa materi atawa nonsens! Oleh sebab itu, gerak sebagaimana materi itu sendiri, tak dapat diciptakan atau dilenyapkan. Ia hanya bisa ditransfer. Sebagai contoh, dalam masyarakat, ia juga tidak pernah diam. Masyarakat sebagai suatu himpunan material dari sekumpulan manusia, selalu terlibat dalam gerak dalam bentuk kerja atau kegiatan yang beraneka ragam. Sehingga tak ada masyarakat (materi) yang diam tanpa gerak, dan tak ada gerak tanpa materi (masyarakat).[18] 

Materialisme 
Ketika kita berbicara mengenai Materialisme, kita berbicara mengenai filsafat Materialisme yang berseberangan dengan filsafat Idealisme. Di sini kita harus membedakan Materialisme dengan “materialisme” yang kita kenal dalam perbincangan sehari-hari. Biasanya kalau kita mendengar kata materialisme, kita lantas berpikir ini berarti hanya memikirkan kesenangan duniawi, hanya suka berpesta-pora, mementingkan uang di atas segala-galanya. Dan ketika kita mendengar kata idealisme, kita lalu berpikir ini berarti orang yang punya harapan, yang bersahaja dan punya mimpi dan cita-cita mulia. Pengertian sehari-hari ini bukanlah pengertian yang sesungguhnya untuk Materialisme dan Idealisme dalam artian filsafat. Sepanjang sejarah filsafat, ada dua kubu utama, yakni kubu Idealis dan kubu Materialis. Filsuf-filsuf awal Yunani, Plato dan Hegel, adalah kaum Idealis. Mereka melihat dunia sebagai refleksi dari ide, pemikiran, atau jiwa seorang manusia atau seorang makhluk maha kuasa. Bagi kaum Idealis, benda-benda materi datang dari pemikiran. Sebaliknya, kaum Materialis melihat bahwa benda-benda materi adalah dasar dari segalanya, bahwa pemikiran, ide, gagasan, semua lahir dari materi yang ada di dunia nyata.[19] 

Dialektika 
Dialektika adalah satu cara pandang atas sesuatu dalam keadaan geraknya dan bukan dalam keadaan diamnya. Proposisi dasar dialektika adalah bahwa segala hal selalu ada dalam proses perubahan yang dinamik, yang seringkali prosesnya tidak terlihat dan tidak bergerak dalam garis lurus. Untuk memudahkan kita memahami dialektika, ada tiga hukum utama gerak dialektika yang bisa kita rangkum: Pertama, Hukum Kontradiksi. Kedua, Hukum Perubahan dari Kuantitatif ke Kualitatif. Ketiga, Hukum Negasi dari Negasi. Kesemuanya akan kita uraikan sebagai berikut: 

Hukum Kontradiksi 
Pertama: Kontradiksi Umum 
Kontradiksi memuat di dalamnya dua persoalan penting, yakni, 1) bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini selalu mengandung segi-segi yang berkontradiksi, 2) bahwa di dalam seluruh proses perkembangannya dari satu tingkatan menuju tingkatan berikutnya selalu mengandung kontradiksi. 

Kedua: Kontradiksi Khusus 
Ia juga mempunyai dua pengertian, yakni, 1) bahwa di dalam setiap hal mempunyai kontradiksi sendiri-sendiri secara khusus. Suatu kontradiksi yang berbeda antara satu dan lainnya. 2) bahwa suatu hal dalam proses perkembangan yang bersifat khusus akan mencapai tingkat perkembangan yang khusus pula sampai melahirkan kualitas baru. 

Ketiga: Kontradiksi Dasar 
Dalam pelataran kenyataan objektif senantiasa terdapat kontradiksi-kontradiksi, adapun salah satu yang terpenting adalah adanya kontradiksi dasar. Ia mengandung pengertian sebagai kualitas kontradiksi yang menciptakan kondisi objektif dalam hal corak produksi masyarakat. Inilah yang dimaksud kontradiksi dasar. Kontradiksi dasar adalah kontradiksi yang menempatkan antara satu kelas dan kelas lainnya pada posisi yang saling bertentangan. 

Keempat: Kontradiksi Pokok 
Dalam setiap tingkat perkembangan tertentu, tidak semua kontradiksi mengandung ciri yang sama. Di antara kontradiksi ini selalu ada satu hal yang memainkan peranan utama atau peranan pokok. Kontradiksi pokok adalah kontradiksi yang menjadi poros utama, yaitu poros yang paling menentukan, yang mampu memimpim dan yang mampu mendobrak untuk memenangkan suatu perjuangan. Sebagai yang pokok ia juga akan menentukan yang tidak pokok. Kontradiksi pokok ini menjadi aktor penentu dan paling utama. 

Kelima: Mutasi Kontradiksi 
Pasal ini mengandung pengertian, bahwa dalam suatu kontradiksi pokok senantiasa diganggu dengan banyak kontradiksi yang juga dimainkan, dengan demikian kontradiksi pokok ini tidak tetap kedudukannya. Pergeseran atau penggantian kedudukan kontradiksi ini disebut mutasi kontradiksi pokok menuju non-pokok. 

Keenam: Kontradiksi Antagonis 
Adalah kontradiksi dalam pengertian bahwa penyelesaian antara dua kelas yang saling bermusuhan adalah mengandung cara yang saling menghancurkan dengan kekerasan sebagai jalan penyelesaian permusuhan. Tanpa penghancuran atau kekerasan, ia tak akan menyelesaikan masalah.[20] 

Hukum Perubahan dari Kuantitaif ke Kualitatif 
Ada dua jenis perubahan, yakni perubahan kuantitas dan perubahan kualitas. Perubahan kuantitas adalah satu jenis perubahan yang hanya menyentuh besaran dari sesuatu hal atau benda. Sedangkan perubahan kualitas adalah sebuah perubahan dari satu sifat ke sifat yang lain. Di alam maupun ilmu sosial, kita dapat menyaksikan dua jenis perubahan ini. Hukum dialektika mengajarkan bahwa pada saat tertentu perubahan kuantitas bisa beralih menjadi perubahan kualitas, bahwa perubahan tidak selalu berada dalam garis lurus tetapi pada momen tertentu mengalami loncatan.[21] 

Hukum Negasi dari Negasi 
Negasi bermakna meniadakan. Negasi dari negasi bararti proses meniadakan yang meniadakan. Hukum negasi dari negasi adalah metode mengungkapkan arah atau kecenderungan umum dari gerak atau perkembangan sesuatu. Ia mengandung perubahan dari kualitas lama menjadi kualitas baru dalam proses peningkatan dan perkembangan dari bentuk yang rendah, sederhana menuju ke bentuk yang lebih tinggi dan kompleks. Itulah sebabnya hukum negasi dari negasi ini memuat makna progresif karena ia tidak mengenal mundur atau mandek, melainkan maju.[22] 

MATERIALISME HISTORIS 
Materialism historis adalah ilmu pengetahuan dari masyarakat manusia yang pada dasarnya mencoba untuk memperhatikan dan menjelaskan dialektika/komunikasi.[23] Materialisme historis dipahami sebagai perluasan prinsip-prinsip materialisme dialektik pada analisa mengenai kehidupan masyarakat, atau pengeterapan prinsip-prinsip materialisme dialektik pada gejala kehidupan masyarakat, atau semua aspek yang terjadi dalam fenomena masyarakat dan sejarah. Bertolak dari proposisi bahwa yang terpenting dari filsafat adalah bukan hanya bongkar pasang makna tentang dunia namun bagaimana ia mampu merubah kenyataan dunia, Karl Marx meneruskan konsistensi pemikirannya pada kasus hukum dialektika sejarah dalam masyarakat manusia. Sementara itu dalam materialisme historis, Marx menunjukkan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat, menjabarkan secara ilmiah mata rantai sebab-sebab kelahiran, perkembangan dan kehancuran sistem masyarakat beserta kelas-kelas sosial dalam suatu kurun sejarah.[24] 

Materialisme historis menyatakan bahwa cara dimana umat manusia mengorganisir produksi materialnya menjadi basis bagi seluruh organisasi social. Basis tersebut kemudian menentukan semua aktivitas social lainnya-administrasi hubungan antar kelompok manusia. Produksi spiritual, moral, hokum, agama dsb. Apa yang disebut aktivitas suprastruktur social tersebut selalu tetap terhubung, dengan satu jalan atau yang lainnya, pada basis social.[25] 

Lenin berpendapat, dengan ditemukannya konsepsi materialisme historis, ia telah mengatasi dua kelemahan pokok dari teori-teori sejarah terdahulu. Pertama, mereka paling hanya meneliti motif-motif ideologis dari aktivitas sejarah manusia, tanpa menyelidiki apa yang melahirkan motif-motif tersebut dan tanpa berpegang pada hukum-hukum objektif yang menguasai perkembangan sistem hubungan sosial. Mereka juga tidak melihat akar-akar dari hubungan-hubungan pada tingkat perkembangan produksi materi. Kedua, teori-teori sejarah terdahulu tidak meliputi tinjauan aktivitas masyarakat dalam berbagai aspek corak-corak produksi dan perkembangannya. Sedang materialisme historis Marx meninjau keadaan objektif sosial dan perubahan dalam hukum dialektikanya dengan tingkat akurasi yang hampir menyamai ilmu-ilmu alam. Sebab dalam materialisme historis, Marx menunjukkan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat, menjelaskan secara objektif kelahiran, perkembangan dan kehancuran suatu sistem masyarakat. Ia juga menyatakan bahwa pencipta sejarah sebenarnya adalah massa rakyat kelas pekerja, bukan individu istimewa macam raja atau pahlawan.[26] 

DAFTAR PUSTAKA 
Bahari, Yohanes, Karl Marx: Sekelumit Tentang Hidup dan Pemikirannya, (Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, Vol 1. No. 1. April 2010) 
Hardiman, F. Budi, Filsafat Modern dari Machiavelli Sampai Nietzsche, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2004) 
Lucacs, Georg, Dialektika Marxi: Sejarah dan Kesadaran Kelas, Terj. Inyiak Ridwan Muzir, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2010) 
Mandel, Ernest, Tesis Tesis Pokok Marxisme, Terj. Ign. Mahendra K. (Yogyakarta: Resist Book. 2006) 
Russell, Betrand, Sejarah Filsafat Barat, Terj. Sigit Jatmiko, dkk, cet. ke-3 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007) 
Ruswantoro, Alim, Filsafat Sosial-Politik Plato dan Aristoteles, (Yogyakarta, Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam Refleksi, Vol. 15. 2, Juli 2015) 
http://luffiahmad.blogspot.co.id/2013/03/filsafat-sosial-karl-marx-abstrak-karl.html, diakses pada tanggal 8 Mei, 09.00. 
https://partaiunisosialis.wordpress.com/2012/02/05/riwayat-dan-garis-besar-pemikiran-yang-mempengaruhi-marx-serta-ajaran-marxisme/ diakses, pada tanggal 8 Mei 2018, 07.10
http://ensiklo.com/2014/08/08/biografi-dan-cuplikan-pemikiran-karl-marx/, diakses pada tanggal 8 Mei 2018. 09.24 
https://www.militanindonesia.org/teori/sosialisme/8186-mengenal-dasar-dasar-filsafat-marxisme-bagian-i-dialektika-materialisme.html, diakses pada tanggal Minngu, 6 Mei 2018. 20.15 
https://sosiologimarxis.wordpress.com/2011/02/18/materialisme-dialektiha-historis/, diakses pada tanggal 8 Mei 2018 19.45. 
[1] Disampaikan dalam rangka diskusi mingguan di Laboratorium Filsafat al-Hikmah Fakultas Ushuluddin Prodi Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 18 Mei 2018 
[2] Georg Lucacs, Dialektika Marxi: Sejarah dan Kesadaran Kelas, Terj. Inyiak Ridwan Muzir, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2010), 21 
[3] http://luffiahmad.blogspot.co.id/2013/03/filsafat-sosial-karl-marx-abstrak-karl.html, diakses pada tanggal 8 Mei, 09.00. 
[4] Alim Ruswantoro, Filsafat Sosial-Politik Plato dan Aristoteles, (Yogyakarta, Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam Refleksi, Vol. 15. 2, Juli 2015), 124 
[5]https://partaiunisosialis.wordpress.com/2012/02/05/riwayat-dan-garis-besar-pemikiran-yang-mempengaruhi-marx-serta-ajaran-marxisme/ diakses, pada tanggal 8 Mei 2018, 07.10 
[6] Yohanes Bahari, Karl Marx: Sekelumit Tentang Hidup dan Pemikirannya, (Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, Vol 1. No. 1. April 2010) 
[7] http://ensiklo.com/2014/08/08/biografi-dan-cuplikan-pemikiran-karl-marx/, diakses pada tanggal 8 Mei 2018. 09.24 
[8] Betrand Russell, Sejarah Filsafat Barat, Terj. Sigit Jatmiko, dkk, cet. ke-3 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007),1019 
[9] Ibid, 951 
[10] Ibid, 958 
[11] Ibid, 1021 
[12] F. Budi Hardiman, Filsafat Modern dari Machiavelli Sampai Nietzsche, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2004), 227 
[13] Ibid, 228 
[14] Ibid, 228-229 
[15] Ibid, 235 
[16] Ibid, 236 
[17] https://www.militanindonesia.org/teori/sosialisme/8186-mengenal-dasar-dasar-filsafat-
marxisme-bagian-i-dialektika-materialisme.html, diakses pada tanggal Minngu, 6 Mei 2018. 20.15 
[18] https://sosiologimarxis.wordpress.com/2011/02/18/materialisme-dialektiha-historis/, diakses pada tanggal 8 Mei 2018 19.45. 
[19] https://www.militanindonesia.org/teori/sosialisme/8186-mengenal-dasar-dasar-filsafat-
marxisme-bagian-i-dialektika-materialisme.html, diakses pada tanggal 8 Mei 2018. 19.58 
[20] https://sosiologimarxis.wordpress.com/2011/02/18/materialisme-dialektiha-historis/, diakses 
pada tanggal 8 Mei 2018. 20.40 
[21] https://www.militanindonesia.org/teori/sosialisme/8186-mengenal-dasar-dasar-filsafat-
marxisme-bagian-i-dialektika-materialisme.html, diakses pada tanggal 6 Mei 2018. 19.58 
[22] https://sosiologimarxis.wordpress.com/2011/02/18/materialisme-dialektiha-historis/, diakses 
pada tanggal 8 Mei 2018. 20.40 
[23] Ernest Mandel, Tesis Tesis Pokok Marxisme, Terj. Ign. Mahendra K. (Yogyakarta: Resist Book. 2006), 90 
[24] https://sosiologimarxis.wordpress.com/2011/02/18/materialisme-dialektiha-historis/, diakses pada tanggal 8 Mei 2018. 20.40 
[25] Ernes, Tesis, 90 
[26] https://sosiologimarxis.wordpress.com/2011/02/18/materialisme-dialektiha-historis/, diakses pada tanggal 8 Mei 2018. 20.40 

Penulis: Abdullah Said

Sumber :lekfis.com

Tidak ada komentar