Konflik Palestina, Soal Agama atau Nasionalisme?
Beruntung saya sempat hadir dalam acara “Mimbar Seribu Harapan” untuk Palestina dan Munir yang digelar oleh sejumlah aktivis HAM & LSM di Taman Menteng, Minggu (11/01) sore. Beruntung juga saya sempat berbincang dengan seorang Goenawan Muhammad tentang konflik di Palestina di sela-sela acara tersebut.
Perbincangan singkat yang mencerahkan saya dalam melihat dan memahami konflik Palestina dengan lebih jernih. Perbincangan yang kemudian memancing saya untuk mencari lebih banyak informasi dari berbagai sumber tentang persoalan Palestina-Israel dalam akar kesejarahannya.
Satu hal yang saya dapatkan adalah bahwa terlalu sempit dan picik jika kita melihat masalah ini hanya sebagai konflik antar agama. Karena di Palestina juga banyak orang Kristennya bahkan juga golongan Marxis. Sementara di Israel juga terdiri dari banyak kelompok termasuk yang Atheis dan bahkan Yahudi yang anti-Zionisme.
Maka untuk dapat menemukan solusi yang terbaik, kita harus melihat masalah ini dalam perspektif yang lebih luas dan tajam. Jika tidak, kita hanya akan terjebak pada kesesatan berpikir dan gagal melihat bahwa masalah Palestina-Israel adalah sesungguhnya masalah perang kepentingan antar bangsa dan bukanlah hanya masalah agama semata.
Berikut adalah beberapa fakta dan opini menarik yang saya dapat dari hasil googling:
============================================================
Selain mayoritas Muslim, Palestina juga terdiri dari pejuang pejuang Kristen. Bahkan George Habbash – pimpinan PLO dari faksi garis keras Kristen Marxist – sebagai orang yang paling dicari cari Israel selain Yaser Arafat.
Kami adalah Palestina. Bukan bangsa Arab atau Bangsa Yahudi. Jumlah penduduk Kristen di tanah suci ini justru terbanyak di Palestina. Bukan di Lebanon.
Pemimpin kami, Abu Ammar, kerap dikenal sebagai Yaser Arafat – yang istrinya seorang Kristen - menepis anggapan bahwa perjuangan Palestina melawan kolonialisme Israel adalah perang agama. Ini perjuangan kemerdekaan suatu bangsa yang mengimpikan memiliki Negara yang merdeka dan berdaulat.
Bahkan Juru bicara pertama kami di Perserikatan Bangsa Bangsa, Hanan Asrawi seorang diplomat Kristen yang tangguh
(imanbrotoseno.com)
============================================================
Buat saya ini adalah politik vendetta. Agak tribalis dan primitif kedengarannya, tetapi ini memang politik pembalasan antarsuku. Maka masalahnya ada pada persoalan identitas. Jika sdh bicara ttg identitas suatu bangsa, atau kelompok, kita tahu individu lumat. Tidak ada lagi Sayed islam atau Sayed kristen, yg ada adalah penindas Palestina.(astrid savitri) comments on imanbrotoseno.com
============================================================
Politik Israel selalu ingin memisahkan bangsa Palestina. Mereka ingin Kristen Palestina dan Muslim Palestina memiliki sikap yang berbeda. Dan ini tidak akan terjadi karena rakyat Palestian selalu bersatu. Kaum Muslimin dan Kristen di Palestina, khususnya di Jerussalem, adalah seperti satu keluarga sejak masuknya Islam ke Palestina,
Lihat saja Uskup Atalla, dari Gereja Orthodok di Jerussalem , mendukung aksi syahid yang dilakukan pejuang Palestina. Bahkan ia menegaskan bahwa aksi syahid itu bukanlah terorisme.
Saya Sayed bangsa Palestina menangis terharu mendengar uskup berkata “ Bila pejuangan kemerdekaan itu dianggap sebagai terorisme, maka sayalah teroris yang paling pertama,” katanya. Menurutnya, siapapun yang berkunjung dan menyaksikan penderitaan rakyat Palestina akan bisa memahami latar belakang atau motivasi yang mendorong para pejuang melakukan aksi syahid. (imanbrotoseno.com
============================================================
Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. id.wikipedia.org
============================================================
Pendeknya, Zionisme sebenarnya adalah sebuah bentuk nasionalisme sekuler yang berasal dari filsafat sekuler, bukan dari agama. Akan tetapi, seperti dalam bentuk nasionalisme lainnya, Zionisme juga berusaha menggunakan agama untuk tujuannya sendiri. (tragedipalestina.com
============================================================
Theodor Herzl, sang pendiri Zionisme, suatu kali memikirkan Uganda, dan ini lalu dikenal sebagai "Uganda Plan." Sang Zionis kemudian memutuskan Palestina. Alasannya adalah Palestina dianggap sebagai "tanah air bersejarah bagi orang-orang Yahudi", dibandingkan segala kepentingan keagamaan apa pun yang dimilikinya untuk mereka. tragedipalestina.com
============================================================
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan pemerintah RI menilai serangan Israel ke kawasan Gaza di mana bermukin penduduk Palestina, bukanlah dipicu karena konflik antaragama. Namun, perang tersebut dipicu masalah konflik kedaulatan yang sudah terjadi relatif permanen.
Hal itu disampaikan Presiden Yudhoyono saat menjawab pers, seusai menerima Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Al Mehdawi, yang diundang datang ke Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Senin (5/1) malam.
"Ini sebetulnya tidak mengait langsung konflik antar agama. Ini adalah konflik kedaulatan. Sebuah permusuhan yang relatif permanen. Jadi, sebetulnya, lebih bagus jangan dikaitkan dengan isu agama. Karena Paletina melawan Israel. Israel melakukan tindakan militer yang berlebihan, yang eksesif sehingga menimbulkan korban yang tidak semestianya terjadi," ujar Presiden. (kompas.com
============================================================
Dalam sejarah Palestina, negeri itu pernah jatuh ke tangan Bangsa Israel pada permulaan Masehi. Namun, pada tahun 70 M, kekuasan bangsa Israel itu runtuh seiring kematian Herodes dan masuknya kekuatan Romawi menguasai seluruh Palestina. Sejak itu bangsa Israel menjadi bangsa yang tidak memiliki tanah air dan tersebar di berbagai negara sampai mereka melakukan kolonialisasi kembali atas Palestina pada tahun 1967.(dakwatuna.com
============================================================
Dilihat dari sudut pandang sejarah, Zionis Israel Yahudi tidak memiliki akar sejarah sebagai penduduk asli Palestina. Kedatangan mereka ke tanah Palestina pada permulaan akhir periode sebelum lahirnya Isa bin Maryam sampai permulaan masehi bukanlah sebagai pemilik, tetapi sebagai imigran dari Mesir. Begitu juga kedatangan mereka ke tanah Palestina saat ini yang berujung pada kolonialisasi. Sebelum masuknya bangsa Israel, Palestina telah dihuni oleh bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang bangsa Arab Palestina saat ini. Ini disebutkan dalam Kitab Bilangan XIII ayat 17-18, “Maka Musa menyuruh mereka mengintai tanah Kanaan… dan mengamat-amati keadaaan negeri itu; apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak.” dakwatuna.com
============================================================
…………….bahwa perang israel vs palestina adalah perang kepentingan, bukan perang agama. saya melihat kepentingan israel dan amerika thd tanah jazirah arab yang kaya sumberdaya minyak bumi………………(ciwir comments on imanbrotoseno.com)
============================================================
…………….Pemerintah Israel berbahaya sedari awalnya karena ia dibangun berdasar persekutuan antara negara, agama dan ras. Negara dibayangkan hanya oleh dan untuk bangsa Israel, dengan agama tunggal Yahudi. Jangan heran jika siapa saja yang berdarah Yahudi otomatis bisa menjadi warga negara Israel. Inilah apartheid ala Zionis. Bayangkan saja, seorang Yahudi-Arab –biasa disebut Mezrahi– yang ingin menjadi warga Israel dulu harus disemprot cairan DDT lebih dulu guna mengusir kuman2, beda jika dia Yahudi-Eropa atau biasa disebut Ashkenazi.
Kunci untuk mengurangi watak despotik dan rasis pemerintahan Israel adalah dengan mengubah struktur pemahaman identitas bahwa negara Israel sama dengan Yahudi. Dengan itu, orang-orang non-Yahudi (misale Arab) dan bkn penganut Taurat (muslim atau kristen) dianggap setara di Israel. Tapi ini sesuatu yang rumit, untuk tak menyebutnya mustahil, karena sama saja merombak total dasar penciptaan negara Israel modern. Sebab, jika pilihan itu diambil, lama-lama seantero wilayah Israel akan penuh dengan orang-orang Arab dan dengan demikian mereka akan menjadi minoritas di negaranya sendiri.
Ini sama saja dengan jilid baru dari versi lama keterpencaran (diaspora) bangsa Israel. Jelas mereka gak mau! (zen
imanbrotoseno.com)
============================================================
Warga Kristen Palestina di Jalur Gaza membuat pernyataan yang cukup mengejutkan media massa Barat, yang selama ini mengklaim bahwa naiknya Hamas ke tampuk pemerintahan akan mengancam hak-hak keagamaan warga Kristen. Apa yang diungkapkan warga Kristen di Jalur Gaza ternyata sangat bertolak belakang dengan apa yang diberitakan media massa Barat.
“Saya tidak takut dengan Hamas, bahkan dengan agama Islam,” kata Anton Shuhaiber, anggota dewan gereja dan anggota pengurus lokal asosiasi generasi muda Kristen, seperti dikutip AFP.
Sejak Hamas memenangkan pemilu legislatif, muncul kekhawatiran di kalangan warga Muslim bahwa pemerintahan Hamas akan berupaya menerapkan hukum syariah baik bagi Muslim dan non Muslim. Beberapa di antaranya bahkan khawatir pemerintahan Palestina akan memaksa kaum wanita di Palestina untuk mengenakan jilbab dan akan menerapkan hukuman yang sangat keras bagi tindak kriminal biasa.
Namun mayoritas penganut Kristen di Gaza yang merupakan wilayah basis Hamas mengatakan, kekhawatiran itu sama sekali tidak berdasar. “Bagi umat Kristiani yang membaca Al-Quran dengan hati-hati dan yang berwawasan luas, ketakutan itu tidak ada,” sambung Shubaiber, 68, seorang dokter yang pernah belajar di Inggris.
Shubaiber bahkan menganggap pemimpin-pemimpin Hamas, Syeikh Ahmed Yassin dan Abdulaziz Rantissi, keduanya dibunuh oleh Israel, sebagai sahabatnya. Ia menunjuk sofanya yang kerap mereka gunakan untuk duduk bersama.
“Kami tidak takut dengan apapun, karena Muslim dan Kristiani ada di sini, sejak jaman Islam masuk, dan hidup dalam perdamaian dan cinta,” kata Artemios. Ia mencontohkan aksi unjuk rasa menentang kartun Nabi Muhammad kemarin, Pastur Dimitriades dari gereja ortodok Saint Perfilios turun menemui ratusan pengujuk rasa warga Palestina yang beberapa di antaranya adalah umat Kristiani.
Para pemuka agama Kristem mengaku tidak takut gerejanya akan dilempari batu atau dibakar saat aksi unjuk rasa itu, karena umat Kristen Palestina juga merasa terluka seperti saudara-saudara mereka yang Muslim atas publikasi kartun tersebut.
Dalam aksi unjuk rasa kemarin, salah seorang warga Muslim membawa salinan Al-Uhdah Al-Omariyah (Kesepakatan Umar) yang ditandatangani pada tahun 683 oleh khalifah Umar bin Khattab. Dalam dokumen bersejarah itu, Omar menjanjikan pada Sophronios, keuskupan di Al-Quds (Yerusalem), akan melindungi kehidupan, properti dan gereja-gereka Kristen. Kesepakatan itu juga menjamin bahwa umat Kristiani ‘tidak akan dipaksa dalam masalah keagamaan.’
Umat Islam maupun Kristen di Palestina menganggap dokumen itu masih berlaku, meski usianya sudah lebih dari 13 abad. Dan hal ini terlihat pada hukum dasar dan konstitusi yang saat ini berlaku di Palestina, yang menyatakan bahwa ‘kebebasan beragama dan melaksanakan ibadah agama dijamin, kecuali bila melanggar moralitas dan ketentraman publik.’
Anggota Parlemen yang menganut agama Kristen, Hosam al-Taweel juga salah seorang yang menolak anggapan bahwa Hamas akan menerapkan hukum syariah begitu membentuk pemerintahan di Palestina. “Hamas tahu masyarakat Palestina terdiri dari berbagai bentuk, ide dan warna politik, dan Hamas juga tahu jika mereka melakukan pemaksaan, seluruh lapisan masyarakat akan menentang keyakinan dan kebijakan mereka, dan itu akan merugikannya dalam waktu yang lama,” kata Taweel.
Taweel adalah salah seorang perwakilan Kristen yang terpilih di parlemen bersama lima perwakilan Kristen lainnya. Taweel adalah perwakilan Kristen yang mendapat dukungan dari Hamas dan kelompok-kelompok nasionalis lainnya.
“Sebagai umat Kristen, kami memiliki problem yang sama, penderitaan yang sama atas pendudukan Israel, tingginya tingkat pengangguran, situasi ekonomi yang buruk. Tapi kami hidup dalam masyarakat yang bersatu, tidak ada perbedaan atau bentuk diskriminasi apapun oleh warga Muslim,” papar Taweel. (amar comments on imanbrotoseno.com
============================================================
Saya rasa hanya prejudice kalau konflik Israel - Palestina mendeskritkan orang Kristen. Sampai sekarang saya tidak pernah mendengar ada orang Kristen terintimidasi karena konflik ini. Banyak orang akhirnya hanya menganggap ini masalah agama. Yang Kristen merasa - faitacomply - terjebak dan yang Islam ini menganggap sebagai perjuangan membela agamanya. Kita harus melihat dengan sudut pandang jernih, bahwa di sana Kristen dan Islam berperang , bahu membahu melawan Israel.
Ada analogi jaman perang kemerdekaan, para pejuang sebelum menyerbu Belanda mungkin berteriak ‘ Allahuakbar ‘ dan tidak ada yang menganggap bahwa perang kemerdekaan dulu adalah perang Islam melawan Belanda. Bahwa ada yang mati syahid, dan dianggap mujadid ya tidak apa….( imanbrotoseno comments on imanbrotoseno.com
============================================================
Perang Israel vs Palestina memang bukan hanya perang agama saja. Tapi tetap gak bisa dipungkiri bahwa masing2 pihak punya motivasi agama. Jika pun dianggap sbg perang agama, maka ini bukan perang Kristen vs Islam tapi Yahudi vs Islam. Sebagaimana banyak org tau bahwa gak 100% penduduk Palestina pemeluk Islam, perlu diketahui juga bahwa gak 100% org Yahudi setuju dgn berdirinya negara Israel. Bahkan ada pula penduduk Palestina yg keturunan Yahudi dan sebaliknya warga Israel keturunan Palestina. Lebih dari itu, tak sedikit org yg (ngakunya) beragama Islam tapi malah membela Israel.
Penduduk Palestina non muslim tentu sah2 saja bermotivasi nasionalisme mempertahankan tanah airnya. Sementara penduduk Palestina yg muslim juga sah2 saja bermotivasi agama mempertahankan Al Aqso. Dan juga sah2 saja jika penduduk Palestina baik muslim dan non muslim bekerja sama dan bersatu melawan Israel walaupun berbeda motivasi. Jadi masalahnya memang bukan di sisi Palestina. Yg seharusnya jadi pertanyaan adalah apa dasar Yahudi mendirikan negara Israel di atas tanah Palestina?
Apa pun alasannya, mau agama atau bukan, tetap gak ada hak bagi Yahudi untuk mendirikan negara Israel di atas tanah Palestina. Jika Anda mendukung berdirinya Israel, berarti Anda mendukung penjajahan. Dan penjajahan itu salah, gak peduli apapun agama Anda. Pembukaan UUD 1945 juga scr tegas menyebutkan hal ini. ….( bee comments on imanbrotoseno.com)
============================================================
Dan tentu, memang salah satu dusta yang sering diumbar adalah bahwa ini perang agama, perang dari kaum Yahudi yang tertindas berabad2, kemudian mencapai kemenangan membentuk negara. Minimal publik Amerika percaya versi ini. Tak ada yang ingat bahwa tentara Romawilah (pagan?) yang dulu membubarkan Israel raya dan membunuhi penduduknya serta menceraiberaikan sisanya ke seluruh muka bumi. Baru setelah khalifah2 mengambil Palestina dari Romawi, penindasan penguasa relatif berkurang; biarpun kekhalifahan2 itu seringkali tidak mampu menegakkan hukum di wilayah yang luas………( koen comments on imanbrotoseno.com)
============================================================
Sedari awal, saya sangat yakin bahwa perang Hamas (Palestina) dengan Israel itu bukanlah perang agama. Salah satu buktinya, Gereja Nativity di Bethlehem itu (pernah dan mungkin sering) dijadikan tempat berlindung warga Palestina yang Muslim, Kristiani, bahkan juga Yahudi, dari kejaran militer Israel. Israel, dalam hal ini adalah sebuah kekuasaan negara, bukan sebuah entitas bangsa, apalagi komunitas beragama. (ullyanov imanbrotoseno.com)
============================================================
Isu agama semakin mencuat setelah gagalnya sentimen Pan-Arab menjadi amunisi bagi perlawanan terhadap Zionisme Israel di seluruh dunia. Tampaknya ini adalah bagian dari strategi kelompok perlawanan” (Goenawan Muhammad)
============================================================
Gencarnya serangan pasukan Yahudi 10 hari terakhir ini terhadap kota Gaza yang dikuasai Mujahidin Hamas telah melahirkan simpati dunia, khususnya Dunia Islam. Hampir seluruh dunia, kecuali Amerika, bergerak membantu kaum Muslimin di Gaza dengan berbagai bentuk bantuan seperti makanan, obat-obatan, medis, demonstrasi besar-besaran, diplomasi, politik, doa dan bahkan jutaan kaum Muslimin menyatakan siap menuju Palestina untuk berjihad melawan dan mengusir kaum Yahudi yang telah mendirikan Negara Israel di atas bumi Palestina sejak tahun 1947.(kispa.org
Perbincangan singkat yang mencerahkan saya dalam melihat dan memahami konflik Palestina dengan lebih jernih. Perbincangan yang kemudian memancing saya untuk mencari lebih banyak informasi dari berbagai sumber tentang persoalan Palestina-Israel dalam akar kesejarahannya.
Satu hal yang saya dapatkan adalah bahwa terlalu sempit dan picik jika kita melihat masalah ini hanya sebagai konflik antar agama. Karena di Palestina juga banyak orang Kristennya bahkan juga golongan Marxis. Sementara di Israel juga terdiri dari banyak kelompok termasuk yang Atheis dan bahkan Yahudi yang anti-Zionisme.
Maka untuk dapat menemukan solusi yang terbaik, kita harus melihat masalah ini dalam perspektif yang lebih luas dan tajam. Jika tidak, kita hanya akan terjebak pada kesesatan berpikir dan gagal melihat bahwa masalah Palestina-Israel adalah sesungguhnya masalah perang kepentingan antar bangsa dan bukanlah hanya masalah agama semata.
Berikut adalah beberapa fakta dan opini menarik yang saya dapat dari hasil googling:
============================================================
Selain mayoritas Muslim, Palestina juga terdiri dari pejuang pejuang Kristen. Bahkan George Habbash – pimpinan PLO dari faksi garis keras Kristen Marxist – sebagai orang yang paling dicari cari Israel selain Yaser Arafat.
Kami adalah Palestina. Bukan bangsa Arab atau Bangsa Yahudi. Jumlah penduduk Kristen di tanah suci ini justru terbanyak di Palestina. Bukan di Lebanon.
Pemimpin kami, Abu Ammar, kerap dikenal sebagai Yaser Arafat – yang istrinya seorang Kristen - menepis anggapan bahwa perjuangan Palestina melawan kolonialisme Israel adalah perang agama. Ini perjuangan kemerdekaan suatu bangsa yang mengimpikan memiliki Negara yang merdeka dan berdaulat.
Bahkan Juru bicara pertama kami di Perserikatan Bangsa Bangsa, Hanan Asrawi seorang diplomat Kristen yang tangguh
(imanbrotoseno.com)
============================================================
Buat saya ini adalah politik vendetta. Agak tribalis dan primitif kedengarannya, tetapi ini memang politik pembalasan antarsuku. Maka masalahnya ada pada persoalan identitas. Jika sdh bicara ttg identitas suatu bangsa, atau kelompok, kita tahu individu lumat. Tidak ada lagi Sayed islam atau Sayed kristen, yg ada adalah penindas Palestina.(astrid savitri) comments on imanbrotoseno.com
============================================================
Politik Israel selalu ingin memisahkan bangsa Palestina. Mereka ingin Kristen Palestina dan Muslim Palestina memiliki sikap yang berbeda. Dan ini tidak akan terjadi karena rakyat Palestian selalu bersatu. Kaum Muslimin dan Kristen di Palestina, khususnya di Jerussalem, adalah seperti satu keluarga sejak masuknya Islam ke Palestina,
Lihat saja Uskup Atalla, dari Gereja Orthodok di Jerussalem , mendukung aksi syahid yang dilakukan pejuang Palestina. Bahkan ia menegaskan bahwa aksi syahid itu bukanlah terorisme.
Saya Sayed bangsa Palestina menangis terharu mendengar uskup berkata “ Bila pejuangan kemerdekaan itu dianggap sebagai terorisme, maka sayalah teroris yang paling pertama,” katanya. Menurutnya, siapapun yang berkunjung dan menyaksikan penderitaan rakyat Palestina akan bisa memahami latar belakang atau motivasi yang mendorong para pejuang melakukan aksi syahid. (imanbrotoseno.com
============================================================
Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. id.wikipedia.org
============================================================
Pendeknya, Zionisme sebenarnya adalah sebuah bentuk nasionalisme sekuler yang berasal dari filsafat sekuler, bukan dari agama. Akan tetapi, seperti dalam bentuk nasionalisme lainnya, Zionisme juga berusaha menggunakan agama untuk tujuannya sendiri. (tragedipalestina.com
============================================================
Theodor Herzl, sang pendiri Zionisme, suatu kali memikirkan Uganda, dan ini lalu dikenal sebagai "Uganda Plan." Sang Zionis kemudian memutuskan Palestina. Alasannya adalah Palestina dianggap sebagai "tanah air bersejarah bagi orang-orang Yahudi", dibandingkan segala kepentingan keagamaan apa pun yang dimilikinya untuk mereka. tragedipalestina.com
============================================================
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan pemerintah RI menilai serangan Israel ke kawasan Gaza di mana bermukin penduduk Palestina, bukanlah dipicu karena konflik antaragama. Namun, perang tersebut dipicu masalah konflik kedaulatan yang sudah terjadi relatif permanen.
Hal itu disampaikan Presiden Yudhoyono saat menjawab pers, seusai menerima Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Al Mehdawi, yang diundang datang ke Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Senin (5/1) malam.
"Ini sebetulnya tidak mengait langsung konflik antar agama. Ini adalah konflik kedaulatan. Sebuah permusuhan yang relatif permanen. Jadi, sebetulnya, lebih bagus jangan dikaitkan dengan isu agama. Karena Paletina melawan Israel. Israel melakukan tindakan militer yang berlebihan, yang eksesif sehingga menimbulkan korban yang tidak semestianya terjadi," ujar Presiden. (kompas.com
============================================================
Dalam sejarah Palestina, negeri itu pernah jatuh ke tangan Bangsa Israel pada permulaan Masehi. Namun, pada tahun 70 M, kekuasan bangsa Israel itu runtuh seiring kematian Herodes dan masuknya kekuatan Romawi menguasai seluruh Palestina. Sejak itu bangsa Israel menjadi bangsa yang tidak memiliki tanah air dan tersebar di berbagai negara sampai mereka melakukan kolonialisasi kembali atas Palestina pada tahun 1967.(dakwatuna.com
============================================================
Dilihat dari sudut pandang sejarah, Zionis Israel Yahudi tidak memiliki akar sejarah sebagai penduduk asli Palestina. Kedatangan mereka ke tanah Palestina pada permulaan akhir periode sebelum lahirnya Isa bin Maryam sampai permulaan masehi bukanlah sebagai pemilik, tetapi sebagai imigran dari Mesir. Begitu juga kedatangan mereka ke tanah Palestina saat ini yang berujung pada kolonialisasi. Sebelum masuknya bangsa Israel, Palestina telah dihuni oleh bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang bangsa Arab Palestina saat ini. Ini disebutkan dalam Kitab Bilangan XIII ayat 17-18, “Maka Musa menyuruh mereka mengintai tanah Kanaan… dan mengamat-amati keadaaan negeri itu; apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak.” dakwatuna.com
============================================================
…………….bahwa perang israel vs palestina adalah perang kepentingan, bukan perang agama. saya melihat kepentingan israel dan amerika thd tanah jazirah arab yang kaya sumberdaya minyak bumi………………(ciwir comments on imanbrotoseno.com)
============================================================
…………….Pemerintah Israel berbahaya sedari awalnya karena ia dibangun berdasar persekutuan antara negara, agama dan ras. Negara dibayangkan hanya oleh dan untuk bangsa Israel, dengan agama tunggal Yahudi. Jangan heran jika siapa saja yang berdarah Yahudi otomatis bisa menjadi warga negara Israel. Inilah apartheid ala Zionis. Bayangkan saja, seorang Yahudi-Arab –biasa disebut Mezrahi– yang ingin menjadi warga Israel dulu harus disemprot cairan DDT lebih dulu guna mengusir kuman2, beda jika dia Yahudi-Eropa atau biasa disebut Ashkenazi.
Kunci untuk mengurangi watak despotik dan rasis pemerintahan Israel adalah dengan mengubah struktur pemahaman identitas bahwa negara Israel sama dengan Yahudi. Dengan itu, orang-orang non-Yahudi (misale Arab) dan bkn penganut Taurat (muslim atau kristen) dianggap setara di Israel. Tapi ini sesuatu yang rumit, untuk tak menyebutnya mustahil, karena sama saja merombak total dasar penciptaan negara Israel modern. Sebab, jika pilihan itu diambil, lama-lama seantero wilayah Israel akan penuh dengan orang-orang Arab dan dengan demikian mereka akan menjadi minoritas di negaranya sendiri.
Ini sama saja dengan jilid baru dari versi lama keterpencaran (diaspora) bangsa Israel. Jelas mereka gak mau! (zen
imanbrotoseno.com)
============================================================
Warga Kristen Palestina di Jalur Gaza membuat pernyataan yang cukup mengejutkan media massa Barat, yang selama ini mengklaim bahwa naiknya Hamas ke tampuk pemerintahan akan mengancam hak-hak keagamaan warga Kristen. Apa yang diungkapkan warga Kristen di Jalur Gaza ternyata sangat bertolak belakang dengan apa yang diberitakan media massa Barat.
“Saya tidak takut dengan Hamas, bahkan dengan agama Islam,” kata Anton Shuhaiber, anggota dewan gereja dan anggota pengurus lokal asosiasi generasi muda Kristen, seperti dikutip AFP.
Sejak Hamas memenangkan pemilu legislatif, muncul kekhawatiran di kalangan warga Muslim bahwa pemerintahan Hamas akan berupaya menerapkan hukum syariah baik bagi Muslim dan non Muslim. Beberapa di antaranya bahkan khawatir pemerintahan Palestina akan memaksa kaum wanita di Palestina untuk mengenakan jilbab dan akan menerapkan hukuman yang sangat keras bagi tindak kriminal biasa.
Namun mayoritas penganut Kristen di Gaza yang merupakan wilayah basis Hamas mengatakan, kekhawatiran itu sama sekali tidak berdasar. “Bagi umat Kristiani yang membaca Al-Quran dengan hati-hati dan yang berwawasan luas, ketakutan itu tidak ada,” sambung Shubaiber, 68, seorang dokter yang pernah belajar di Inggris.
Shubaiber bahkan menganggap pemimpin-pemimpin Hamas, Syeikh Ahmed Yassin dan Abdulaziz Rantissi, keduanya dibunuh oleh Israel, sebagai sahabatnya. Ia menunjuk sofanya yang kerap mereka gunakan untuk duduk bersama.
“Kami tidak takut dengan apapun, karena Muslim dan Kristiani ada di sini, sejak jaman Islam masuk, dan hidup dalam perdamaian dan cinta,” kata Artemios. Ia mencontohkan aksi unjuk rasa menentang kartun Nabi Muhammad kemarin, Pastur Dimitriades dari gereja ortodok Saint Perfilios turun menemui ratusan pengujuk rasa warga Palestina yang beberapa di antaranya adalah umat Kristiani.
Para pemuka agama Kristem mengaku tidak takut gerejanya akan dilempari batu atau dibakar saat aksi unjuk rasa itu, karena umat Kristen Palestina juga merasa terluka seperti saudara-saudara mereka yang Muslim atas publikasi kartun tersebut.
Dalam aksi unjuk rasa kemarin, salah seorang warga Muslim membawa salinan Al-Uhdah Al-Omariyah (Kesepakatan Umar) yang ditandatangani pada tahun 683 oleh khalifah Umar bin Khattab. Dalam dokumen bersejarah itu, Omar menjanjikan pada Sophronios, keuskupan di Al-Quds (Yerusalem), akan melindungi kehidupan, properti dan gereja-gereka Kristen. Kesepakatan itu juga menjamin bahwa umat Kristiani ‘tidak akan dipaksa dalam masalah keagamaan.’
Umat Islam maupun Kristen di Palestina menganggap dokumen itu masih berlaku, meski usianya sudah lebih dari 13 abad. Dan hal ini terlihat pada hukum dasar dan konstitusi yang saat ini berlaku di Palestina, yang menyatakan bahwa ‘kebebasan beragama dan melaksanakan ibadah agama dijamin, kecuali bila melanggar moralitas dan ketentraman publik.’
Anggota Parlemen yang menganut agama Kristen, Hosam al-Taweel juga salah seorang yang menolak anggapan bahwa Hamas akan menerapkan hukum syariah begitu membentuk pemerintahan di Palestina. “Hamas tahu masyarakat Palestina terdiri dari berbagai bentuk, ide dan warna politik, dan Hamas juga tahu jika mereka melakukan pemaksaan, seluruh lapisan masyarakat akan menentang keyakinan dan kebijakan mereka, dan itu akan merugikannya dalam waktu yang lama,” kata Taweel.
Taweel adalah salah seorang perwakilan Kristen yang terpilih di parlemen bersama lima perwakilan Kristen lainnya. Taweel adalah perwakilan Kristen yang mendapat dukungan dari Hamas dan kelompok-kelompok nasionalis lainnya.
“Sebagai umat Kristen, kami memiliki problem yang sama, penderitaan yang sama atas pendudukan Israel, tingginya tingkat pengangguran, situasi ekonomi yang buruk. Tapi kami hidup dalam masyarakat yang bersatu, tidak ada perbedaan atau bentuk diskriminasi apapun oleh warga Muslim,” papar Taweel. (amar comments on imanbrotoseno.com
============================================================
Saya rasa hanya prejudice kalau konflik Israel - Palestina mendeskritkan orang Kristen. Sampai sekarang saya tidak pernah mendengar ada orang Kristen terintimidasi karena konflik ini. Banyak orang akhirnya hanya menganggap ini masalah agama. Yang Kristen merasa - faitacomply - terjebak dan yang Islam ini menganggap sebagai perjuangan membela agamanya. Kita harus melihat dengan sudut pandang jernih, bahwa di sana Kristen dan Islam berperang , bahu membahu melawan Israel.
Ada analogi jaman perang kemerdekaan, para pejuang sebelum menyerbu Belanda mungkin berteriak ‘ Allahuakbar ‘ dan tidak ada yang menganggap bahwa perang kemerdekaan dulu adalah perang Islam melawan Belanda. Bahwa ada yang mati syahid, dan dianggap mujadid ya tidak apa….( imanbrotoseno comments on imanbrotoseno.com
============================================================
Perang Israel vs Palestina memang bukan hanya perang agama saja. Tapi tetap gak bisa dipungkiri bahwa masing2 pihak punya motivasi agama. Jika pun dianggap sbg perang agama, maka ini bukan perang Kristen vs Islam tapi Yahudi vs Islam. Sebagaimana banyak org tau bahwa gak 100% penduduk Palestina pemeluk Islam, perlu diketahui juga bahwa gak 100% org Yahudi setuju dgn berdirinya negara Israel. Bahkan ada pula penduduk Palestina yg keturunan Yahudi dan sebaliknya warga Israel keturunan Palestina. Lebih dari itu, tak sedikit org yg (ngakunya) beragama Islam tapi malah membela Israel.
Penduduk Palestina non muslim tentu sah2 saja bermotivasi nasionalisme mempertahankan tanah airnya. Sementara penduduk Palestina yg muslim juga sah2 saja bermotivasi agama mempertahankan Al Aqso. Dan juga sah2 saja jika penduduk Palestina baik muslim dan non muslim bekerja sama dan bersatu melawan Israel walaupun berbeda motivasi. Jadi masalahnya memang bukan di sisi Palestina. Yg seharusnya jadi pertanyaan adalah apa dasar Yahudi mendirikan negara Israel di atas tanah Palestina?
Apa pun alasannya, mau agama atau bukan, tetap gak ada hak bagi Yahudi untuk mendirikan negara Israel di atas tanah Palestina. Jika Anda mendukung berdirinya Israel, berarti Anda mendukung penjajahan. Dan penjajahan itu salah, gak peduli apapun agama Anda. Pembukaan UUD 1945 juga scr tegas menyebutkan hal ini. ….( bee comments on imanbrotoseno.com)
============================================================
Dan tentu, memang salah satu dusta yang sering diumbar adalah bahwa ini perang agama, perang dari kaum Yahudi yang tertindas berabad2, kemudian mencapai kemenangan membentuk negara. Minimal publik Amerika percaya versi ini. Tak ada yang ingat bahwa tentara Romawilah (pagan?) yang dulu membubarkan Israel raya dan membunuhi penduduknya serta menceraiberaikan sisanya ke seluruh muka bumi. Baru setelah khalifah2 mengambil Palestina dari Romawi, penindasan penguasa relatif berkurang; biarpun kekhalifahan2 itu seringkali tidak mampu menegakkan hukum di wilayah yang luas………( koen comments on imanbrotoseno.com)
============================================================
Sedari awal, saya sangat yakin bahwa perang Hamas (Palestina) dengan Israel itu bukanlah perang agama. Salah satu buktinya, Gereja Nativity di Bethlehem itu (pernah dan mungkin sering) dijadikan tempat berlindung warga Palestina yang Muslim, Kristiani, bahkan juga Yahudi, dari kejaran militer Israel. Israel, dalam hal ini adalah sebuah kekuasaan negara, bukan sebuah entitas bangsa, apalagi komunitas beragama. (ullyanov imanbrotoseno.com)
============================================================
Isu agama semakin mencuat setelah gagalnya sentimen Pan-Arab menjadi amunisi bagi perlawanan terhadap Zionisme Israel di seluruh dunia. Tampaknya ini adalah bagian dari strategi kelompok perlawanan” (Goenawan Muhammad)
============================================================
Gencarnya serangan pasukan Yahudi 10 hari terakhir ini terhadap kota Gaza yang dikuasai Mujahidin Hamas telah melahirkan simpati dunia, khususnya Dunia Islam. Hampir seluruh dunia, kecuali Amerika, bergerak membantu kaum Muslimin di Gaza dengan berbagai bentuk bantuan seperti makanan, obat-obatan, medis, demonstrasi besar-besaran, diplomasi, politik, doa dan bahkan jutaan kaum Muslimin menyatakan siap menuju Palestina untuk berjihad melawan dan mengusir kaum Yahudi yang telah mendirikan Negara Israel di atas bumi Palestina sejak tahun 1947.(kispa.org
Tidak ada komentar
Posting Komentar