Think before you speak. Read before you think

Breaking News

Separator Busway Makan Korban

Tadi pagi bapak mertua saya mengingatkan saya untuk lebih berhati-hati di jalan. Sebelumnya dia baru saja menyaksikan berita di TV tentang korban yang tewas terlindas bus kota setelah terpelanting dari motornya yang melindas separator busway.

Sudah cukup sering saya melihat dan mendengar kecelakaan yg disebabkan separator busway. Banyak mobil, terutama sedan, yang nyangkut di tengah-tengah separator. Dulu sebelum separator di seberang Komdak dibongkar, hampir setiap minggu saya melihat mobil yang nyangkut di situ. Pernah juga saya melihat pengmudi motor jungkir alik gara-gara menghantam separator. Untung tidak sampai menimbulkan korban jiwa.

"Separator tidak dibangun untuk mencelakakan warga sehingga perlu dilakukan perbaikan jika sampai mengakibatkan kecelakaan," kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Pembuatan separator sebagai bagian dari proyek busway memang menimbulkan masalah. Sebagaimana proyek busway secara keseluruhan yang tampak kurang matang planningnya dan setengah dipaksakan. Mulai dari riset amdal, pengadaan armada, pembuatan halte sampai urusan pajak semuanya bermasalah.

Secara pribadi saya sangat mendukung diadakannya proyek MRT termasuk busway sebagai solusi untuk mengatasi (atau setidaknya mengurangi) kemacetan di Jakarta dan sekitarnya. Namun tampaknya pemerintah juga perlu mengkaji ulang pelaksanaan proyek ini dengan lebih mendalam.

Khusus tentang pembangunan separator mesti didahului dengan riset amdal sebab selama ini menurut Staf Peneliti Pusat Pengkajian dan Pengembangan Perencanaan Wilayah IPB yang sekaligus dosen planologi di Universitas Trisakti Yayat Supriatna, proyek pembangunan separator busway sama sekali tidak melalui tinjauan amdal dan Rencana Pemantau Lapangan dan Rencana Kelola Lapangan (RPLRKL). Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa proyek dapat dilaksanakan dan berjalan baik dengan perencanaan dan pengawasan yang komprehensif.

Saat ini separator sudah terlalu banyak memakan korban, terutama para pengendara motor. Dalam catatan TMC Polda Metro Jaya, dalam sehari terjadi tiga kecelakaan akibat separator busway. Angka ini sangat bahkan dapat bertambah di waktu-waktu tertentu, seperti saat kondisi jalan diguyur hujan lebat. Apalagi jika mengingat jumlah kecelakaan yang tercatat dan dilaporkan biasanya lebih kecil dari kenyataan sesungguhnya, seperti fenomena gunung es. Sudah saatnya pemerintah memberikan solusi secepatnya agar korban tidak bertambah banyak lagi. Satu nyawa korban sudah terlalu besar artinya, apalagi puluhan dan ratusan.

Untuk dibongkar lagi mungkin malah jadi buang dana yang berasal dari pajak rakyat. Mungkin lebih baik jika diatasi dengan pemasangan rambu-rambu yang dapat dilihat dengan jelas oleh para pengendara. Karena menurut penagmatan saya sangat jarang separator yang dilengkapi dengan rambu di sekitarnya.Akibatnya pengendara kaget ketika separator sudah di depan mata dan tidak ada waktu lagi menghindar.

Dulu saya sering melihat adanya penanda berupa tiang setinggi kira-kira 1 meter di setiap awalan separator. Namun sekarang sudah tidak tampak lagi. Sebagian besar terlindas dan tertabrak kendaraan lalu patah dan tidak diperbaiki lagi. Tiang penanda ini memang tidak efektif. Jika kondisi lalu lintas kosong dan jarak antar kendaraan cukup jauh, tiang penanda ini memang dapat membantu memberikan peringatan kepada para pengendara untuk menghindari separator. Namun kondisi lalu lintas di Jakarta pada umumnya padat dan jarak antar kendaraan sangat rapat. sehingga pengemudi tidak dapat melihat jelas adanya tiang penanda separator tersebut.

Akan lebih baik jika rambu-rambu yang dibuat lebih besar dan lebih tinggi serta tidak terletak di tengah jalan. Jika dipasang di trotoir sebelah kanan seperti rambu batas kecepatan maka akan lebih efektif menurut saya.

Selain itu mungkin perlu dipertimbangkan untuk membuat akses keluar dari jalur busway bagi pengendara yang terjebak dan terlanjur masuk ke jalur khusu ini. Kira-kira 50 atau 100 meter dari mulut lajur. Dengan demikian pengendara dapat segera keluar dari jalur busway dan tidak perlu meneruskan hingga separator berakhir.

Kemungkinan lain, 100 meter pertama separator tidak dibuat terlalu tinggi. Cukup garis marka berwarna kuning yang dibuat agak tebal. Dengan demikian pengendara dapat segera keluar dari jalur segera setelah tahu dia salah masuk lajur.

Penempatan petugas di lokasi tertentu juga diperlukan. Namun jangan seperti yang selama ini saya lihat, ada beberapa petugas dari instansi yang berbeda berkumpul di satu lokasi. Sebaiknya cukup satu petugas di satu lokasi agar lebih efektif dan efisien. Petugas lainnya dapat disebar ke lokasi-lokasi lain sehingga makin banyak titik yang bisa dijangkau.

Pada akhirnya, kesadaran dari seluruh pengguna jalan jugalah yang ikut menentukan kelancaran dan keselamatan lalu lintas di jalan. Jika para pengguna jalan masih sulit diatur, terutama angkutan umum, maka sebaik apapun peraturan tidak akan bepengaruh besar dalam memperbaiki kondisi lalu lintas di Jakarta. Saat ini masih banyak terlihat di jalanan kendaraan-kendaraan dengan plat khusus, gambar bintang atau lambang garuda, yang justru memberikan contoh buruk. Semestinya para pejabat dan aparat sipil maupun non-sipil memberikan contoh yang baik bukan sebaliknya malah mau menang sendiri.

Perlu juga dipahami bahwa proyek busway juga harus didukung oleh proyek lainnya dalam kesatuan sistem transportasi massal. Proyek busway tidak dapat berjalan lancar jika feeder sebagai pendukung tidak segera diperbaiki. Proyek monorail sebagai bagian dari megaproyek mesti segera direalisasikan.

Semoga keinginan seluruh masyarakat dapat terwujud dengan segera. Jakarta yang bebas macet dan aman untuk berkendara. Cukup sudah korban yang berjatuhan.

Refferensi:
http://bataviabusway.blogspot.com/2007/12/separayor-dan-industri-otomotif.html
http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/01/09/1/73935

Tidak ada komentar