Think before you speak. Read before you think

Breaking News

Kematian Keempat Dulmatin

Kepala Dulmatin dihargai Amerika Serikat sebanyak US$ 10 juta atau sekitar Rp 93 miliar

VIVAnews - Keraguan sejumlah pihak atas kematian Dulmatin di Pamulang terpatahkan oleh pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY memastikan yang tewas di Pamulang dalam penggerebekan kemarin benar-benar Dulmatin.

"Saya bawa kabar baik yang akan saya umumkan pada Anda," kata Yudhoyono seperti dimuat laman The Age.

"Polisi sukses menggerebek teroris yang bersembunyi di Jakarta. Saya konfirmasikan salah satu yang tewas adalah Dulmatin, satu dari gembong teroris Asia Tenggara yang kita buru," tambah dia.

SBY sengaja mengumumkan kematian Dulmatin dalam lawatannya di Australia, Rabu 10 Maret 2010. Padahal Polri sendiri berulang kali menolak menyebutkan identitas sebenarnya pria yang tewas dalam penyergapan di Ruko Multiplus, Pamulang, Tangerang, kemarin.

Dengan kepastian yang disampaikan SBY berarti ini untuk keempat kalinya Dulmatin dinyatakan tewas. Sebelumnya tiga kali ia diumumkan tewas di Filipina.

Tahun 2002 setelah sukses merancang Bom Bali I, Dulmatin dikabarkan lari ke negeri itu. Tahun 2005, Dulmatin dipikir telah mati dalam serangan udara oleh militer Filipina. Januari 2007, militer Filipina menyebut Dulmatin telah terluka. Tiga kali Dulmatin dikabarkan mati di sana, namun tak pernah ada konfirmasi jelas soal itu.

Dulmatin yang asal Pemalang, Jawa Tengah, dikenal juga sebagai Joko Pitono, Amar Usman, Joko Pitoyo, Abdul Matin, Pitono, Muktarmar, Djoko, dan Noval. Di Pamulang inisial YI alias Yahya Ibrahim alias M, diduga nama samarannya yang lain. Dia adalah buronan tiga negara.

Dalam serangan bom bunuh diri di Klub Malam Sari di Bali dan Bar Paddy, total 202 orang tewas. Korban bom adalah warga dari 20 negara berbeda. Serangan ini merupakan yang paling mematikan dalam sejarah Indonesia.

"Dulmatin dipercayai adalah otak dari serangan terencana ini," tulis situs www.rewardsforjustice.net. Siapa sebenarnya Dulmatin ini?

Dulmatin adalah anggota Jamaah Islamiyah (JI). Dulmatin merancang Bom Bali I itu saat bermukim di Jawa. Setelah itu, informasi yang beredar, Dulmatin kabur ke Filipina.

Dulmatin dilahirkan di Pemalang, Jawa Tengah, pada tahun 1970. Saat di sekolah menengah, Dulmatin dikenal pintar di ilmu eksakta seperti kimia. Dia selalu menyandang juara kelas. Namun ia gagal saat menampuh ujian masuk Teknik Kimia ITB dan UGM.

Pada awal 1990-an, Dulmatin merantau ke Malaysia. Di sinilah dipercaya Dulmatin berguru pada Dr Azahari, salah satu gembong teroris arsitek Bom Bali yang akhirnya tewas di Malang.

Meski tak memiliki pendidikan formal tertentu di bidang teknik, Dulmatin dikenal jago mengutak-atik benda elektronik. Dulmatin adalah satu dari segelintir aktivis JI yang mampu merakit bom nitrat dan klorat.

"Dia bisa mengeksplorasi eksplosif dalam berbagai bentuk," kata Ali Fauzi, salah satu rekan Dulmatin dulu di Jamaah Islamiyah. "Dia bisa membuat bom mobil, bom truk," kata Ali Fauzi. Karena itu, soal Bom Bali, Dulmatin dipercaya adalah yang merakit bom yang dikendalikan dengan telepon genggam di Diskotek Sari.

Dulmatin juga mengikuti pendidikan militer di Afghanistan, lalu kembali ke Indonesia pertengahan 1990-an. Dulmatin menjadi salah satu pengunjung tetap Pondok Pesantren Ngruki yang diasuh Abu Bakar Ba'asyir.

Reputasinya sebagai "Jenius" pula yang mungkin membuat Amerika Serikat menjanjikan hadiah US$ 10 juta atau Rp 93 miliar untuk Dulmatin. Amerika pernah memberi jumlah yang sama pada Thailand karena menangkap Hambali, "Osama bin Laden" Asia Tenggara.

Tidak ada komentar