Think before you speak. Read before you think

Breaking News

Legenda Cinta Pulau Kemaro

Author : M Kamil

VIVAnews - Perayaan Cap Goh Meh di Pulau Kemaro Sumatera Selatan akan selalu mengingatkan bahwa kawasan tersebut menjadi legenda bagi warga keturunan Tionghoa.

Dalam legenda itu, pada zaman dahulu terdapat seorang anak raja dari Negeri China yang ingin mempersunting putri asli Palembang.

Percintaan mereka berakhir tragis, menyusul putra Raja China yang bernama Tan Bun Ann tersebut meninggal dunia setelah mengetahui guci yang dibawa prajurit dari tanah Tiongkok yang dibuangnya (guci untuk persembahan pinangan, semula dianggap tidak berisi apa-apa) ke dasar Sungai Musi ternyata berisi emas.

Selanjutnya putri asli Palembang pun ikut menceburkan diri ke sungai, dan sampai kini legenda tersebut masih diyakini etnis Tionghoa.

Menurut legenda itu, dipercayai bahwa Pulau Kemaro yang menyembul keluar adalah kubur dari dua orang yang menceburkan diri itu.

Johny Prima salah satu pengunjung di Pulau Kemaro mengatakan, sampai saat ini ratusan ribu warga keturunan Tionghoa setiap tahunnya pada perayaan Cap Goh Meh, terus mendatangi pulau tersebut untuk beribadat dan berziarah.

Puncaknya terjadi pada tengah malam hari ke-15 Tahun Baru Imlek, tetapi sebelumnya dan sehari sesudah perayaan tersebut, warga terus berdatangan secara bergantian.

Hingga kini pulau yang menurut cerita berupa gundukan tanah yang muncul dari Sungai Musi dan dianggap sebagai makam puteri dan pangeran serta para dayangnya, terus dirawat oleh pengelola dan penjaga pulau itu.

Dalam legendanya, Pangeran Tiongkok Tan Bun An hendak melamar Sang Putri Raja Palembang (Siti Fatimah). Kaisar Tiongkok pun mengirim mas kawin (mahar) dalam sembilan guci berisi emas batangan untuk melamarnya.

Pada bagian atas guci itu, untuk mengelabui para bajak laut dalam perjalanan saat itu yang penuh marabahaya, ditutupi dengan sayuran. Namun sesampai di muara Sungai Musi, Pangeran Tiongkok mengetahui bahwa guci itu hanya berisi sayuran, menjadi malu.

Satu per satu guci tersebut diceburkan ke Sungai Musi. Tapi saat guci terakhir yang pecah sebelum tercebur ke sungai, justru berhamburan emas batangan dari dalamnya. Pangeran pun kaget dan berupaya mencari untuk mengambil guci yang telah masuk sungai.

Namun pangeran itu bersama pengawalnya tak pernah muncul ke permukaan air lagi. Peristiwa itu membuat putri Siti Fatimah menjadi sedih dan berputus asa, sehingga bersama dayangnya juga menceburkan diri ke sungai untuk bertemu pangerannya.

Legenda cinta sejati itu turun temurun dikisahkan dan terkenal sampai sekarang.