Think before you speak. Read before you think

Breaking News

Pintu Kecil, Pusat Bisnis yang Selalu Kumuh

 

“Kami masih dalam perjalanan keliling di kampung pecinan dan sampai di akhir dari Kleine Poort (Pintu Kecil). Belok kiri, menyeberangi jembatan lalu tibalah di Kali Besar yang terkenal itu. Daerah perniagaan orang Belanda!” Demikian catatan seorang soldadu (serdadu) di awal abad ke-20. Catatan ini dikumpulkan oleh HCC Clockener Brousson yang kemudian dimuat berseri dalam surat kabar Bandera Wolanda. Kumpulan catatan tersebut kemudian dibukukan dalam Batavia Awal Abad 20.

Kleine Poort, Jalan Pintu Kecil, yang masih masuk bagian dari pecinan Pancoran Glodok, memang merupakan pintu masuk dan keluar dari tembok Kota Batavia. Pintu itu ada di sisi selatan tembok kota, dibangun pada tahun 1638, yang kemudian pada 1657 tembok itu dibangun menggunakan batu. Pintu itu, menurut beberapa sumber sejarah, terletak di dekat Bastion atau Kubu Diest. Maka dari itu, pintu tersebut sempat diberi nama Diestpoort (Gerbang Diest).

Pintu Kecil menjadi alternatif bagi mereka yang akan masuk ke atau keluar dari dalam tembok kota. Pasalnya, pintu utama Binnen dan Buiten Nieuwpoort Straat (kini Jalan Pintu Besar Utara dan Selatan) ditutup pada malam hari untuk mencegah serangan tentara Banten.

Lokasi Pintu Kecil, yang tak jauh dari Kali Besar, menjadi bagian dari pusat perdagangan Batavia. Kawasan itu juga terletak di wilayah pecinan yang memang juga pusat bisnis. Jika di sepanjang Kali Besar sejak awal abad ke-20 mulai diwarnai bangunan bergaya Eropa, maka di Pintu Kecil berderet bangunan berarsitektur China. Dalam berbagai buku yang menampilkan foto Pintu Kecil di masa lalu memperlihatkan hal itu. Di masa kini, tentu sudah sulit menemukan sisa bangunan bergaya China di Pintu Kecil, kalau tak mau dibilang sudah lenyap.

Di kawasan itu kini berjajar bangunan baru yang tak selaras dengan lingkungan, tak menunjukkan ketuaan kawasan itu, tak punya ciri sedikit pun. Jika ada yang bertanya, apakah kawasan ini juga masuk dalam kawasan kota tua sesuai Peraturan Gubernur No 34 Tahun 2006 tentang Penguasaan, Perencanaan, Penataan Kota Tua, jawabnya tentu saja iya.

Jalan Pintu Kecil di masa kini mungkin lebih mudah dikenali sebagai jalan menuju Asemka atau Pasar Pagi. Dari Jalan Pancoran, Glodok, lurus saja melewati jembatan, bertemu dengan ujung Jalan Toko Tiga dan Jalan Toko Tiga Seberang. Di Pintu Kecil ini pula pedagang tekstil berkumpul karena memang kawasan ini menjadi sentra tekstil grosiran.

Penempatan warga Tionghoa di luar tembok Batavia terjadi setelah kerusuhan 1740. Seputaran Glodok, termasuk Pintu Kecil, menjadi tempat penampungan warga Tionghoa yang sebenarnya sudah ada di Batavia, dan ikut membangun Batavia, sebelum Belanda tiba. Kamp China di kawasan Glodok itu dibikin Belanda untuk mempermudah pengawasan terhadap warga Tionghoa. Maka, pusat bisnis pun lahir di sini.

Soldadu Belanda yang sempat mengunjungi Pintu Kecil menambah catatannya, “Saat ini jika saya pernah merasa kecewa terhadap sesuatu, ya, tentang daerah itulah. Kami melihat semua tampak kotor. Daerah rombengan yang kumuh!”

Sore hari ini, serombongan pencinta Kota Tua akan ikut menjelajah sebagian kecil kawasan tersebut bersama Komunitas Jelajah Budaya, termasuk Pintu Kecil, terus mengarah ke kawasan pecinan lain di Tiang Bendera menuju kawasan yang dulu memang dipenuhi dengan bangunan gudang. Menggunakan ontel, rombongan ini juga akan menelusur gudang-gudang lain di kawasan Jalan Ekor Kuning, Jalan Kembung, dan sekitarnya hingga ke Menara Syahbandar dan Jembatan Kota Intan.

WARTA KOTA Pradaningrum Mijarto

Sumber : Kompas.com

Tidak ada komentar